[Author]
Oeekk.. Oeekk..
"Appa.. Itu dongtaeng-ku?"
"Dongsaeng. Iya dia dongsaeng-mu. Manis bukan?"
"Dia namja ?"
"Nde. Kau tunggu sini nde. Appa mau melihat eomma-mu. Jaga adikmu."
"Nde appa."
Cklek
"Eoh ada robot! Appa ! Appa !"
"Eung~ Astaga aku kebangun di mimpi yang sama. Kenapa aku terus memimpikan hal itu? Aku penasaran dengan kelanjutan mimpiku."
Jimin pun bangkit dari ranjangnya kemudian merapihkan tempat tidurnya. Ia pun melihat ke arah jam di dinding.
05:30
Jimin lebih memilih berolahraga di luar karena udara masih sedikit sejuk. Di bulan Agustus ini Jimin berharap seseorang akan ada yang menyayanginya. Mana mungkin. Ia sudah putus asa. Rasanya ia ingin cepat-cepat mati saja.
Ia pun mengambil jaket hoodie nya dan keluar dari panti asuhan lewat jendela sebelum diomeli oleh ahjumma disini.
.
.
.
.
."Udaranya segar sekali!" Jimin pun memulai jogging-nya. Ia masih kepikiran perihal kemarin dimana Hyomi meninggalkannya sendirian disana. Di pukuli, di siksa dan masih banyak lagi.
Jika kalian tau, kalian akan terkejut melihat tubuh Jimin yang penuh memar. Bahkan pipinya juga di balut plester. Terkadang ia meringankan pikirannya dengan Hyomi.
Tapi apa yang akan ia lakukan sekarang tanpa Hyomi?
"Tunggu! Ini milikmu bukan?"
Seketika Jimin berhenti jogging. Ia langsung menoleh kebelakang. Ia hanya terdiam kemudian menggeleng. Ia pun melanjutkan jogging-nya lagi.
Angin berhembus pada saat yang tepat. Jimin merasa kenal dengan sosok itu. Padahal ia tal kenal siapa dia. Jimin tetap fokus pada joggingnya dan tak mu memikirkan apapun.
' Anak itu.. Dia kenapa ya? Aku seperti mengenalnya. '
.
.
.
.
."Jimin! Kau ini kemana saja! Apa kau tak tau!? Dirimu ini bau sekali!"
Bugh!
Dugh!
"Ahjumma mianhae ! Aku habis berolahraga ahjumma.. M–Mianhae !"
Jimin pun terduduk kemudian berlutut di hadapan ahjumma tersebut.
"Kumohon jangan pukul aku ahjumma.. S–Sakit!"
"Hey Chaewon! Sedang apa kau dengannya? Mau saja mengurusi orang seperti itu! Biarkan saja dia!"
Jimin pun terdiam. Ia berusaha keras menahan tangisnya. Ia menunduk dan memejamkan matanya. Memang tak Ada seorang pun yang menyayanginya.
"Baiklah. Dasar anak bau!"
"A–Ahjumma tunggu! A–Apa ahjumma tidak menyayangiku?"
"A–Apa!? Buat apa aku menyayangi anak bau sepertimu! Anak jelek! Anak tak tau sopan san–"
"Ku tanya, apa ahjumma sopan kepadaku?"
Chaewon pun kehabisan kesabarannya. "K-Kau! Ugh ! Menjengkelkan! Ikut aku cepat! Aku membencimu!"
"A–Ahjumma jangan! Andwae ! M–Mian !"
"Permisi. Kami ingin mengadopsi satu anak disini? Bisakah kami? Eoh ? Kau kenapa sayang? Wajahmu babak belur. Apa kau jatuh? Atau kau di-"
"Maaf. Besok saja datangnya nde. Perihal anak ini? Dia jatuh dari tangga. Aku baru saja ingin mengobatinya."
Chaewon hanya tersenyum canggung di depan kedua orang tersebut. Kedua orang tersebut pun lesu. "Baiklah kami datang lagi besok."
"Tunggu! Apa kalian ingin mengadopsiku?"
"Nde ?"
"A–Apa kalian?"
"1 Agustus coret! Aku bahagia sekali ada yang ingin mengadopsiku! Tapi.. Apakah mereka menyayangiku? 73 hari lagi Jim. Oh iya obati diriku saja terlebih dahulu."
Jimin pun pergi ke kamar mandi membawa obat, perban dan plester.
"Hyomi aku merindukanmu. Mungkin ini siksaanku terakhir. Tapi, tetap saja kematianku berjalan."
🌴 to be continued
APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me you love me | park jimin
Fanfiction[ 박 지민 ] JANGAN DITIRU! [REVISI] JIMIN x BTS Park Jimin. Bocah yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Itu juga dimulai saat ia berada di panti asuhan. Ia memilih untuk membunuh dirinya daripada menanggung semuanya sendi...