10 October

989 141 9
                                    

Mari kita awali dengan flashback ^^

Mari kita awali dengan flashback ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Jeongnim]

Semua ini berawal saat kami mengadopsi anak bernama Park Jimin.

“Seoyoon.”

“Hm? Ada apa?”

“A–Ani.. sebaiknya tidak usah.”

“Apa ada yang mengganggu pikiranmu?”

“Ani. Gwaenchana.”

Sejak awal, aku merasa ada rasa yang berbeda tentang anak bernama Park Jimin itu. Wajahnya mungkin memang biasa aja. Tapi, tanda lahir itu mengingatkan aku sesuatu.

Di saat Seoyoon melahirkan anak kami yang hilang sampai sekarang,

ada tanda lahir yang terdapat di dahi dan lehernya. Persis seperti Jimin. Sama letaknya. Aku mengira bahwa ia anakku yang hilang, hanya saja

aku tidak memiliki kesempatan untuk membicarakannya dengan Seoyoon. Seolah-olah aku tidak berani mengatakan ini.

Tapi, apakah ia memang anakku? Iyakah? Tidak. Aku tidak boleh ragu. Ia memang anakku dan aku yakin. Sangat yakin.

Aah, di saat aku ingin membicarakannya dengan Seoyoon. Ia terlanjur membenci anak itu. Anak itu tidak bersalah. Anak itu.. anak kandungmu, Seoyoon-ah.

Dan, mengapa aku terhipnotis? Mengapa.. aku tidak suka dengan anak ini? Anak ini tidak nakal kan? Ia anak baik kan? Wae ? Seoyoon-ah.. tolong aku. Ia anakmu.

Semuanya berubah. Kepercayaanku menghilang. Jimin anakku, maafkan appa karena tidak bisa bertindak.

Hidupmu akan diuji coba lagi jadi appa mohon, bertahanlah.





Hari berubah. Aku bertemu Seokjin dan Hoseok di rumah sakit. Bersama dengan Jimin.

Dan aku mendengarnya. Dengan jelas.

Aku menebak mereka cek DNA Jimin dan hasilnya, ia anak kandungku.

Tebakanku benar. Ia memang anakku yang hilang. Mengapa aku yakin dari awal bahwa ia anakku?

Seoyoon memberitahuku.

“Chagi.. Lihat bintik ini. Di dahi dan di lehernya. Anak kita.. hanya anak kita yang memiliki ini.”

Oleh karena itu, aku yakin.

Bahwa Jimin memang anakku.








































[Author]

"K–Kenapa kau tidak memberitahuku!? Ini semua bohong kan!? Jawab aku, Kim Jeongnim!"

Jeongnim terdiam saat melihat istrinya yang tengah menangis sambil meremas bajunya. Ia tidak bisa bertindak saat itu. Raga dan jiwanya seperti menolaknya. Entah apa yang terjadi, Jeongnim hanya terdiam.

"Jeongnim... aku sudah kasar kepadanya!!! Wae !? Kenapa kau begini!? A–Aku sudah... menyiksa anakku!!! Jeongnim...."

"Mian. Mianhae." Hanya kata itu yang bisa Jeongnim ucapkan saat ini.







































"Gwaenchana. Aku yakin appa dan eomma akan baik-baik saja. Besok kita temui Jimin di rumahnya. Dan Namjoon. Minta maaf dengan sungguh-sungguh!"

Namjoon mengangguk sambil menunduk. Ia juga menyesal melakukan tingkah itu ke Jimin. Oh! Saat ini semua anak Kim tengah berkumpul di ruangan Seokjin yang berada di dekat kamar orang tua mereka.

"Bukan hanya Namjoon saja. Kita semua harus. He's been going through a lot. We've created pain for him. Dan aku yakin, hidupnya di panti asuhan tidak bahagia. Di tambah lagi, kita menjadi bebannya." Lirih Yoongi. Semuanya setuju dengan pernyataan ini.

Mereka harus meminta maaf ke Jimin dengan sungguh--sungguh.

"Apakah Jimin akan mengizinkan kita?"

"Pasti. Jimin anak baik."

"Tapi kita sudah keterlaluan dengannya."

"HEY! AKU ADA IDE!" Sahut Hoseok. Kini atensi semuanya menuju ke arah Hoseok.

"Tanggal 13 Jimin ulang tahun bukan? Mari kita buat kejutan untuknya dan kita minta maaf kepadanya." Ucap Hoseok. Menyalurkan ide yang ia pikirkan saat ini.

Semuanya setuju dan tidak masalah. Ulang tahun itu spesial, maka saat ulang tahun Jimin, mereka akan membuatnya spesial dengan tema

kasih sayang yang tulus.
































Walaupun mereka tidak tau bahwa Jimin akan pergi jauh di hari itu.




🌴 To Be Continued

Sad ending on the way 🚀

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang