[Jimin]
Semenjak kejadian kemarin, hubunganku dengan Hoseok-hyung membaik. Ia menjadi dekat kepadaku. Terkadang ia juga memberi kabar tentang Taehyung. Katanya keadaanya sudah membaik.
Hoseok-hyung juga sudah tau tentang semua kehidupanku. Di mulai dari luka kecil ini. Bahagia sekali kalau aku bersamanya. Seperti ada yang menyayangiku. Tentang Hyomi, Jimin masih bingung. Di saat seperti ini, ia sangat membutuhkan Hyomi.
"Hyung, nanti Nyonya Kim akan pulang, kemarin kan aku tidak pulang nanti aku di omeli olehnya dan hyung juga kena omel."
Ya, seharusnya kemarin Jimin pulang, tapi Hoseok berubah pikiran dan memilih untuk satu hari lagi bagi Jimin untuk tinggal di rumah sakit.
"Jimin! Jangan pedulikan hal itu! Dia sudah gila."
"Hyung ! Dia itu ibumu."
"Ibu macam apa dia yang suka menyakiti anaknya sendiri."
Anaknya sendiri.
"Nyonya Kim bilang kan aku bukan anaknya."
"Jimin jangan bicara yang tidak-tidak!"
Aku pun langsung terdiam. "M–Mianhae hyung." Lirihku. Sepertinya emosi Hoseok-hyung sudah ingin meledak. Aku ini bawel sekali ya.
Ia pun memegang pundakku dan mengucapkan "Jangan ' mianhae hyung ' . Kau tak salah. Kau tak pantas untuk salah."
Tak sangka. Ia akan mengucapkan hal itu. Memangnya seperti itu ya? Tak pantas untuk salah.
Ddrrtt..
"Tunggu sebentar, ponsel hyung bunyi." Aku pun mengangguk pelan. Ugh, perutku tidak enak lagi. Mendadak perasaanku tak enak ya. Astaga aku ingin muntah! Aku pun langsung buru-buru ke kamar mandi dan meninggalkan Hoseok-hyung.
.
.
."Hoek!! Ngh! Sampai kapan racunnya terus berada di sini. Tidak enak sekali muntah terus. Hoekk!" Setelah 2 menit mengeluarkan semua isi perut ini, aku pun mencuci mulutku dan tangan. Kemudian pergi keluar menemui Hoseok-hyung.
"Hyung ? Mengapa hyung menangis?"
"J-Jimin.. Kita harus ke rumah sakit!"
"Wae ? Ada apa? Gwaenchanayo ?"
"Ikut saja! Palli !"
.
.
.
.
.Sebenarnya Ada apa ya? Kami sudah sampai di rumah sakit. Kami menunggu uissa keluar. Entah siapa yang di periksa tapi sepertinya parah. Kami menunggu di ruang UGD. Tak lama nyonya Kim datang bersama yang lainnya.
"Hoseok! Ada apa ini!? Kenapa!? Dan kenapa ada anak sialan ini!?"
"E–Eomma.. A–Appa kecelakaan.."
' A–Appa kecelakaan? Appa..? '
Aku langsung terdiam. Aku bisa merasakan bahu ku bergetar. Tak lama uissa pun keluar. Nyonya Kim pun langsung mendekatinya dan menanyakan kabarnya.
"Andwae ! Suamiku harus baik-baik saja! Mengapa kau harus mengatakan ini!?"
"Maaf, tapi berdoalah agar keadaannya normal. Saat ini kalian tidak boleh mengunjunginya. Kami permisi dulu."
Aku melihat Nyonya Kim jatuh. Ia menangis. Yang lain hanya bisa menenangkannya sambil menangis.
"INI SEMUA SALAH KAU! SEMENJAK KAU DATANG, SEMUA MASALAH JUGA DATANG! KAU ITU TAK PANTAS UNTUK LAHIR! KAU INI HANYA MEMBAWA MASALAH! APA KAU TAK MERASA BERSALAH!? JAWAB AKU! SUAMIKU ADA DI DALAM! DI UJUNG KEMATIAN! KAU PUAS BUKAN!?"
Aku pun tertunduk dan menangis. Memang iya. Aku tak pantas lahir. Selalu datang dengan masalah. Tapi aku hanya ingin satu hal, aku ingin Nyonya Kim menyayangiku layaknya eomma lain.
"PERGI! CEPAT PERGI!"
"EOMMA HENTIKAN!"
Aku pun bangkit sambil tertunduk kemudian lari. Entah kemana, rasanya aku lelah. Aku lelah dari semua ini. Tuhan tolong aku, ini sudah sangat sakit. Bolehkah aku bahagia? Kapan bahagia itu datang? Aku lelah.
"Hiks.. Hiks.. Hiks.. Hiks.."
"Jimin?"
Sudah berapa lama aku menangis disini ya? Ada yang memanggilku, aku pun menoleh. "J–Jongin?" Suara ku sedikit lirih dan serak. "Jimin? Mengapa kau menangis!? Matamu sembab sekali! Siapa yang membuatmu menangis!?"
Haruskah aku memberi taunya? Haruskah? Sebelum itu aku menghapus air mataku terlebih dahulu.
"J–Jongin.. A–Aku.."
"Nde ? Beri tau aku, Jim!"
"Sakit Jongin.. Rasanya sakit."
🌴 to be continued
Senin ulangan 😭 maaf up lama! Aku harus hiatus lagi nanti :( btw, nge feel ga sih?
APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me you love me | park jimin
Hayran Kurgu[ 박 지민 ] JANGAN DITIRU! [REVISI] JIMIN x BTS Park Jimin. Bocah yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Itu juga dimulai saat ia berada di panti asuhan. Ia memilih untuk membunuh dirinya daripada menanggung semuanya sendi...