4 October

909 131 4
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

Kejadian kemarin malam, sungguh membuat Jimin tidak habis pikir. Membuat ia bingung. Membuat ia senang juga. Kalian tau? Mulai esok Jimin akan tinggal di sana.

Rasanya sangat lancar. Tapi ia tidak tau. Apa akan selamanya seperti ini atau tidak? Ia hanya memiliki 9 hari lagi. Sebelum tujuannya, sebelum ulang tahunnya.

Jika akan benar seperti ini selamanya.

Jimin akan membatalkan janjinya walau ia sangat tidak suka mengingkari janji. Tapi, hidupnya sudah bahagia. Jadi,

ini tujuan Jimin sebenarnya.

"Tolong.. biarkan saja hidupku seperti ini. Aku.. bahagia."

.

.

.

"Ia anakmu yang hilang, eomma."

Seoyoon terdiam sambil menatap Jimin dengan raut yang susah di tebak. Ia langsung mengambil surat yang Seokjin beri dan membacanya.

Jadi, ini benar? Jimin benar anaknya yang hilang? Tapi, selama ini ia selalu kasar terhadap anak itu. Bagaimana bisa?

"J–Jimin.. neo.."

"Ya eomma. Aku anakmu. Annyeong, eomma.."

Seoyoon terdiam. Ia melangkah mau ke Jimin perlahan kemudian memeluknya. Rasa yang sama saat ia memeluk Jimin itu masih ada.

Rasa yang sangat nyaman, tapi bukan miliknya. Tapi, anak ini miliknya sekarang.

Jimin memang benar anaknya. Anaknya yang hilang. Seoyoon menangis. Begitu juga dengan Jimin. Ia tidak tau mengapa ia bisa kasar. Padahal ia sudah merasakan ada yang beda dari anak ini. Seoyoon jadi benci dengan dirinya sendiri.

Seokjin? Ia bahagia melihat ini semua. Bahagia karena semuanya berjalan dengan lancar dan berakhir bahagia. Tidak hanya Seokjin yang melihat. Yoongi dan Hoseok juga melihatnya. Ini happy ending bagi mereka.

































"Annyeong, eomma ?"

'Jimin-ah ! Apa kau yakin mau tidur di sana? Eomma.. merindukanmu.'

Jimin tersenyum perlahan. Tidak seburuk itu takdirnya.

"Gwaenchana eomma.. aku juga harus merapihkan barang-barangku di sini."

'Arraseo. Tidur yang nyenyak, hm? Selamat malam, Jiminie. Eomma sayang Jiminie.'

Jimin semakin tersenyum lebar.

"N–Nado, eomma.."

Menyenangkan bukan? Secepat ini kah? Jimin tidak menyangka. Ia sangat bahagia. Tapi, ini semua masih terasa sangat canggung baginya. Mungkin.. terlalu cepat? Semakin cepat, semakin baik bukannya? Entahlah Jimin tidak tau. Yang penting

ia bahagia.

Ia juga lupa rasanya sebahagia ini.

Atau bahkan, ia tidak pernah sebahagia ini?

"Sangat menyenangkan.."

.

.

.















"Jimin."

"Nde ?"

"Joesonghamnida. Maafkan eomma. Jeong–"

"Ani.. jangan seperti itu eomma..."

Seoyoon terdiam. Daritadi ia tidak bisa menahan tangisnya. Jimin merasa tidak enak. Jimin sudah memaafkan ibunya. Ia bahagia sekarang. Ia tidak mau bersedih, ia mau berbahagia sekarang.

Jimin merasa senang. Ia bisa makan dengan keluarganya. Tanpa sang ayah. Sang ayah yang sibuk apa boleh buat? Tapi, ini bisa jadi kejutan kecil untuknya bukan? Jimin tidak sabar dengan kelanjutan hidupnya.

Jadi ia berharap semua akan bertahan seperti ini. Semoga saja.




























Mengingat itu semua, Jimin merasa janggal.

"Mengapa Namjoon-hyung merasa seperti tidak nyaman? Dari raut wajahnya.. ia sangat tidak nyaman.."

"Namjoon-ah."

"Nde ?"

"Apa kau percaya? Aku tidak."

"Aku juga tidak. Tidak mungkin. Sangat tidak mungkin. Benar?"

"Benar. Sangat tidak mungkin."





















🌴 To Be Continued

Sorry for short update, anyway stay safe !!! ❤

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang