[Author]
"DENDAMKU BELUM TERBALASKAN OLEHMU! RASAKAN INI!"
BUGH
"Hyung ! Hhh.. Hhh.." Jimin langsung bangun dengan cara tersentak begitu saja di karenakan mimpi yang ia alami barusan. Keringatnya bercucuran dengan kemana-mana yang membuat rambutnya sedikit basah. Ia pun melihat ke arah jam. Jam 02 pagi.
"Kenapa akhir-akhir ini aku selalu mimpi buruk? Hhh.. Siapa dia? Dendam? Aneh.." Jimin pun pergi ke dapur sebentar untuk mengambil air. Mimpi tersebut tidak bisa keluar dari pikiran Jimin sekarang. Siapa dia? Mengapa ia ada dendam di Jimin? Jimin pun langsung meneguk seluruh air di gelas yang ia pegang dengan cepat dan kembali pergi tidur.
"Uhh.. Aku jadi tidak bisa tidur." Jimin pun hanya terdiam memikirkan mimpi tadi. Tapi kenapa harus ia pikirkan. Mungkin itu hanya mimpi yang nyasar. Jimin pun terus mengubah-ubah posisi tidurnya agar mendapat posisi yang nyaman dan bisa kembali pergi tidur. "Jungkookie.. Dia kemarin menelponku. Dia bilang aku merebut hyung-nya.. Salahku ini apa sih? Kenapa mereka segitunya membenciku. Aku hanya ingin kasih sayang, Jungkookie."
"Lalu nyonya Kim. Dia sangat membenciku. Pertama kali ia tidak ingin memelukku. Awal kebencian tumbuh disitu. Lalu ia menyalahkanku karena tuan Kim masuk rumah sakit."
"Selanjutnya Hyo. Dia menjauhiku karena hal sepele."
"Dan ada lagi, para ahjumma di panti. Dan.. Hhh.."
Pembicaraan yang ia lakukan sendiri tadi berhasil membuatnya pergi tidur. Ia pun langsung tidur dengan nyenyak setelahnya dan membawanya ke alam mimpi.
.
.
."Eungh.. Huh? Hyung ? Sedang apa disini? Lho! Aku kan harus sekolah!" Jimin pun langsung loncat dari kasurnya dan segera pergi ke kamar mandi. Ia sudah telat sekarang. "Jiminie, buat apa ke sekolah sekarang? Sudah jam 9."
"Ah hyung ! Kenapa tidak bangunkan aku!? Aku kan jadi tidak masuk sekolah! Hyung ini! Eung!"
"Yak ! Kita kan tidak satu rumah."
Jimin sadar. Ia lupa kalau mereka tidak satu rumah. Bahkan bukan satu keluarga. Seokjin pun mengambil tas ranselnya dan memberikan Jimin kotak makan. "Kau makan ini dulu saja. Tadi kami membuat bulgogi." Jimin pun tersenyum lebar. Dirinya juga sangat lapar sekarang.
"Hyung kapan datang?"
"Sekitar jam 7. Aku datang dan menemuimu yang sedang mengigau. Mengigau kalau kau ingin pelukan dari eomma-mu dan appa-mu."
"Eum.. Mengapa tidak bangunkan aku saat jam segitu!? Dan kenapa jam weker ini tidak berbunyi!? Aku sudah banyak bolosnya, hyung. Aku ini sedang kuliah. Tanggal 1 September nanti aku akan dance."
Jimin pun pergi ke dapur untuk mengambil sendok dan langsung memakan bulgogi pemberian Seokjin itu. "Mianhae. Apakah lezat?" Jimin pun mengangguk senang. "Oh iya hyung, kemarin Jungkook menelpon." Seokjin pun langsung menatapnya serius. "Apa yang ia lakukan?"
"Emm.. Aku tak yakin untuk memberitahu ini kepadamu, hyung. Tapi kumohon jangan marah kepadanya.." Seokjin mengangguk. Menerima perkataan Jimin. "Apakah aku merebut semua keluarga hyung ? Hingga mereka lupa akan Jungkook."
"Jimin! Sampai kapan pun kau tak pernah merebut apapun dari kami! Kau hanya anak baik yang tak bersalah." Jimin pun melanjutkan makannya dengan tenang. "Tapi.. Jungkook tidak suka padaku. Aish.. Gwaenchana ! S–Sampai kapan ak–aku memerlukan k–kalian? Hiks–" Jimin menangis.
"Jimin-ah.."
Seokjin pun langsung memeluknya dengan erat. Jimin pun terkekeh. "Ah h–hyung.. S–Sudah cukup.. Nan gwaenchana ! Jiminie pabbo ! Mengapa malah menangis sih?" Jimin pun terus terkekeh walaupun ia sedang menangis di pelukan Seokjin. Tangisnya semakin lama semakin deras dan kekehannya semakin lama semakin menghilang. Jimin malah terisak dengan kencang yang menyebabkan baju yang dikenakan Seokjin basah.
"Ah.. H–Hyung.. N–Nan gwaenchana..."
🌴 to be continued
Di bulan puasa mungkin aku hiatus..
Selamat menjalankan ibadah puasa~ (belum hey)APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
TRUST ME!
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me you love me | park jimin
Fanfiction[ 박 지민 ] JANGAN DITIRU! [REVISI] JIMIN x BTS Park Jimin. Bocah yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Itu juga dimulai saat ia berada di panti asuhan. Ia memilih untuk membunuh dirinya daripada menanggung semuanya sendi...