15 September

2K 200 16
                                    

[Jimin]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Jimin]

Semuanya gelap. Tidak ada penerangan sama sekali di sini. Aku bahkan tak bisa melihat apapun. Apa yang terjadi kepadaku? Dimana aku berada? Tunggu.. Ada cahaya di depanku! Aku harus mengejarnya. Aku butuh cahaya. Ini sangat gelap.

JIMINIE!!!

Suara itu. Itu suara Jin-hyung. Ia memanggilku! Mungkin ia mencariku atau sesuatu terjadi? Entahlah, aku tak betah lama-lama di sini. Tunggu aku Jin-hyung !

JIMIN!



























"JIMIN BUKA MATAMU!"

"Eungh.. J–Jin-hyung..?"

Kulihat ia bernafas lega. Wajahnya sangat merah. Bahkan hidungnya sudah berwarna merah seperti tomat. Ia membawaku kepelukannya dan memelukku dengan sangat erat. Dimana aku? Mengapa aku berada di lantai? Apa yang terjadi?

"J–Jin-hyung.. S–Sesak!"

"Aigoo.. Maafkan hyung.. Syukurlah kau baik-baik saja Jiminie.. hiks.. hyung, hyung– hiks.. sangat takut! Hiks.."

Sekarang pipiku diusap olehnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tidak mengingat apapun. Apakah aku bunuh diri lagi? Tubuhku sudah sangat lemas. Aku mencium bau darah. Ternyata asalnya dari tanganku. Aku bisa mati kehabisan darah jika seperti ini.

"J–Jin-hyung.. Tanganku terluka." Ucapku dengan suara serak. Rasanya begitu sakit untuk bicara. Jin-hyung yang menyadari itu langsung menepuk dahinya. Ia membopong diriku keluar dari kamar mandi dan menaruhku di ranjang.

"Tahan dengan syal-ku terlebih dahulu. Hyung akan mencari perban."

Aku mengangguk kemudian melakukan apa yang Jin-hyung suruh. Aku masih tidak ingat perihal apa yang aku lakukan. Kira-kira apa yang terjadi ya?

"Ugh!"

Aku merasa seperti sekelilingku ini berputar. Aku tak kuat menahan diriku lagi. Tubuhku semakin melemas dan aku merasa aku menjatuhkan diriku begitu saja ke ranjang hingga semuanya menjadi gelap.


















[Author]

"Apa yang ia lakukan, hyung ?! Mengapa kondisinya bisa seperti ini lagi!?"

"Aku tidak tau, Hoseok-ah. Saat aku datang ke kamarnya, aku tak menemukan dirinya kemudian aku mengecek kamar mandi dan.. Ia sudah terbaring tak berdaya dengan darah yang keluar dari tangannya dengan banyak. Bahkan aku bisa merasakan denyut nadinya yang melemah di saat itu. Aku kira ia akan mati begitu saja di sana tapi, aku bersyukur ia masih baik-baik saja."

Hoseok terdiam kemudian menghembuskan nafasnya. Rasanya liburan mereka ke sini hanyalah sia-sia. Mereka hanya berlibur di rumah sakit bersama Jimin.

"Hyung.. Aku berpikir."

"Tentang apa?"

"Apa kita menahannya terlalu lama? Ia tampak tidak kuat dengan segalanya hingga ia melakukan ini semua."

"Aku juga berpikir begitu. Tapi, Jimin terlihat seperti egois. Ia tak ingin kita tapibsaat kita tak berada di sisinya, hal seperti ini akan terjadi. Bukankah itu sedikit egois?"

Hoseok mengangguk setuju. Rupanya keduanya memiliki pikiran yang sama.

"Seokjin? Hoseok?"

"Hm? SAMCHEON ! KAU DI SINI!?" Teriak Seokjin terkejut. Bahkan Hoseok saja sudah melotot.

Pria paruh baya yang dipanggil samcheon oleh kedua orang ini terkekeh.

"Sedang apa kalian di sini? Siapa yang sakit? Mana orang tua kalian?"

Keduanya terdiam. Harus jawab apa mereka. Apakah samcheon-nya ini harus tau segalanya? Mungkinkah? Tunggu sebentar..

"Samcheon.. samcheon ini psikiater kan?"

Ia mengangguk.

"Samcheon maukah kau melakukan sesuatu selama aku ingin beristirahat seperti berlibur dahulu."

"Perihal?"

Lalu, Seokjin dan Hoseok menjelaskan semuanya tentang Jimin dan penyakit mentalnya.

Mereka ingin istirahat sejenak. Mereka lelah menghadapi semua ini.

Tapi, dibalik dinding tebal ini..







































"S–Sudah seharusnya aku menolak tawaran itu bukan? Tuhan.. aku menyesal."

🌴 to be continued

selamat malam!

APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
TRUST ME!

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang