tell me you love me | park jimin

7 October

[Author]

Hampa. Hampa. Dan hampa. Seorang Park Jimin kembali menyadi seseorang yang selalu sendirian. Jimin benci sendiri sebenarnya, tapi anak ini sudah terbiasa menyendiri dan selalu sendiri.

Sudah menjadi habitat mungkin.

Ia tidak masalah kalau ia sendiri walau rasanya sangat membosankan. Ia tidak mau memaksakan dirinya pergi ke rumah itu lagi untuk menghilangkan rasa kesepian.

Kejam bukan? Sudah menaruh kepercayaan tapi dikhianati.

Berkali-kali seperti itu dan terulang lagi saat ini. Jimin menganggap dirinya bodoh dan terlalu baik.

Oh, perihal mengganti tujuan di tanggal 13 itu menjadi misi melarikan diri, Jimin teringat sesuatu saat itu.

.

.

.

13 Oktober ya. Kau hidup selama ini hanya untuk jadi permainan dirimu saja? Aku takjub denganmu, Park Jimin.

Satu lagi. Kau payah. Kau berjanji mati tanggal 13 dan kau sudah bunuh diri dari dulu. Kau itu memang tidak pernah menetapi janji ya.

Seorang Kim Yoongi yang mengatakan kalimat itu ke Jimin. Dengan aura kuatnya dan kata kasar yang ia miliki, mampu merubah Jimin. Ia tidak mau dipanggil payah, lemah dan lainnya.

Ia bisa dewasa. Ia bisa menjadi dewasa. Pengalaman hidupnya bisa jadi motivasinya untuk berkembang menjadi hebat lagi.

Omong-omong, Jimin memang akan ikut pergi ke Busan. Semua Keluarga Kim itu tidak ada yang tau. Bagus lah, Jimin akan pergi dengan mudah. Meninggalkan semua beban yang selalu mengelilinginya.

Berhubungan dengan itu, ia memilih untuk merapihkan pakaiannya dengan koper yang dibelikan oleh Keluarga Kim di saat mereka ke Jepang bulan lalu.

Pakaian Jimin tidak terlalu banyak untungnya. Bisa saja temannya tidak mencurigakannya karena pakaian Jimin tidak banyak seperti orang yang ingin pindah.

Satu hal lagi, Jimin akan merasa sangat terbebani karena meninggalkan temannya di sana. Mungkin mereka akan melapor ke Seokjin dan hyung-nya itu akan mencari Jimin. Jimin akan berusaha semaksimal mungkin untuk sembunyi dari pencaharian Keluarga Kim itu.

Jimin tau, sulit untuk meninggalkan mereka, apalagi orang seperti Seokjin dan hyung dan dongsaeng-nya. Meninggalkan tanpa kabar. Jimin sangat terbebani. Jimin sangat menyayangi mereka, sungguh.

But he have to let go.

Daripada meninggalkan tanpa jejak, lebih baik Jimin menulis surat untuk Keluarga Kim dan temannya. Surat perpisahan.

Setelahnya Jimin memikirkan untuk kerja sementara waktu sebelum ia pergi ke Busan. Ia bisa lanjut kerja di Busan. Ia mau menggunakan uangnya sendiri. Dan ia harus berusaha.

•

"Jimin tidak datang? Tumben sekali." Lirih Seokjin sambil mengganti saluran tv. Sudah 2 menit ia melakukan itu.

"Entah. Ia sibuk sepertinya." Jawab Hoseok. Seokjin tengah berdua dengan Hoseok saat ini. Yang satu sibuk nengganti saluran tv, yang satunya sibuk bermain ponselnya.

"Aish, orang sepertinya sibuk melakukan apa?"

"Melamun."

"Bercandamu kejam, Hoseok-ah."

"Mian. Mau ke rumahnya?" Ajak Hoseok.

"Ide yang bagus."

Baiklah, mereka berdua bersiap-siap untuk ke rumah Jimin. Tapi tidak semudah itu.

"Seokjin-hyung ! Hoseok-hyung ! Tolong bantu aku!" Ucap Jungkook. Baiklah, keduanya tidak bisa menolak permohonan maknae ini.

"Tugas sekolahku sangaaat rumit! Tolong bantu aku, jebal~" Cicit Jungkok sambil melakukan aegyo.

"Arraseo. Jangan aegyo. Geli."

"Yak ! Aku ini maknae ! Wajar saja kalau aku imut. Kau tua, mana bisa aegyo."

"Seokjinie bisa aegyo, hng !" Seokjin tidak mau kalah tentunya. Justru pertengkaran aegyo ini membuat Hoseok muak. Ia langsung menarik keduanya ke kamar Jungkook agar tidak melakukan aegyo lagi.

"Kenapa tidak tanya Namjoon? Ia kan pintar."

"Sedang keluar bersama eomma."

Seokjin menyadari sesuatu.

' Akhir-akhir ini eomma selalu bersama Namjoon.. hm, molla. '

🌴 To Be Continued

Ga menyangka udah mau end T_T

Shud i make sad ending or happy ending? 🤔

Let's do a poll, ayo dipilih !! 😆