14 September

2.2K 209 43
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

Pagi hari telah tiba. Sinar mentari datang menyinari Jepang. Semua orang tampak berlalu untuk melalukan aktivitas atau kegiatan mereka. Di salah satu Rumah Sakit di Jepang, terdapat sosok mungil yang baru saja bangun. Ia meremas selimutnya ketika merasa sakit di punggung tangan sebelah kirinya. Ternyata tangannya kembali di infus.

Ia melihat sekitarnya, masih ruangan yang sama. Kamar inapnya di Rumah Sakit Jepang ini. Ia mencari seseorang yang sangat ia butuhkan sekarang tapi, ia sama sekali tidak menemukannya. Genangan air muncul di matanya. Ia merasa cemas karena tidak menemukan sosok yang ia cari setelah ia bangun.

"J–Jin-hyung.. jangan pergi.. hiks.. h–hyung.."

Cklek

"Jiminie? Kau sadar! Ba–"

"H–Hyung jangan pergi.. hiks.. jangan tinggalkan aku sendiri.. n–nan bushowo.."

Hoseok tersenyum tipis. Ia duduk di pinggir ranjang Jimin kemudian memeluknya dari samping. Ia memeluknya erat agar bocah ini menjadi sedikit tenang. Dan tentu hal itu terjadi. Jimin menjadi sedikit tenang. Sepertinya kata Seokjin benar kemarin. Penyakit mental Jimin menambah.

Hoseok tentu sedih melihat peri kecil ini yang selalu terlihat tegar ketika memghadapi masalahnya walaupun mentalnya sudah menyerah. Hoseok bisa belajar banyak dari Jimin. Walaupun Jimin bisa menjadi motivasi sebuah kehidupan tapi, dirinya dan mentalnya juga semakin lemah hingga berniat bunuh diri seperti waktu lalu. Ia lebih memilih mengistirahatkan tubuhnya untuk selamanya.

Hoseok mengelus surai Jimin dengan lembut sambil mengucapkan kata penenang untuknya.

Cklek

"JIMINIEE!!! AAH, BOGOSHIPOYO !"

"Jimin-hyung ! Gwaenchana !? Maaf kami tidak menjengukmu kemarin."

"Yak ! Pelan-pelan! Ia baru– Jimin? Hoseok-ah, ia kenapa?"

Hoseok mengisyaratkan Seokjin untuk tidak menanyakan itu dan memberinya waktu untuk menjawab itu. Seokjin langsung mendekati Jimin. Begitu pula Taehyung dan Jungkook.

Jimin tidak mau menatap wajah mereka. Ia malu. Ia memilih untuk diam saja sambil menunduk. Seokjin tambah khawatir melihatnya. Ia butuh psikiater yang bagus untuknya. Bahkan dokter Jepang bernama Miyawaki Sakura itu masih sulit untuk mengatasi Jimin.

Penyakit Jimin justru bertambah bukannya berkurang. Jimin mulai mengalami gejala anxiety, yaitu penyakit tentang kecemasan. Baru saja kemarin ia depresi karena situasi buruk yang terus mengelilinginya sekarang, semuanya bertambah karena mentalnya yang memburuk. Tidak mungkin mereka akan membawanya ke rumah sakit jiwa.

Semua orang sudah mulai mendekati Jimin tapi, Yoongi. Ia sangatlah sulit untuk diajak mendekat dengan Jimin. Dan mereka juga tidak tau apa yang ada di benak Jimin hingga ia nekat melakukan ini. Mereka ingin tau tapi, mereka berpikir bahwa Jimin tengah menyembunyikan sesuatu dari mereka.

.
.
.

Senja tiba. Jimin sendirian di kamar mandi. Ia menatap dirinya melalui pantulan kaca. Rasanya, setiap ingin melihat dirinya, ingin sekali ia menangis dan menghancurkan pantulan tersebut.

' Jelek. '

' Bau. '

' Lemah. '

' Hama. '

Jimin mulai meremas tangannya. Sedangkan tangan sebelahnya meremas pinggiran wastafel dengan sangat erat. Matanya perlahan memanas dan nafasnya tersenggal-senggal. Entah mengapa seakan-akan negara ini bisa menjadi trauma baginya.

Entah apa yang membuatnya trauma.

Tangannya bergerak lagi mengambil sesuatu di dekatnya tanpa ia sadari. Ia masih menatap pantulan dirinya.

' Mati Park Jimin, mati. Mati kau Park Jimin. Kau pantas mati, Park Jimin. Park Jimin yang jelek, bau, kotor, hama, dan lemah. Kau lebih baik mati. Mati Park Jimin.. '

"MATI LAH KAU PARK JIMIN!!!"

JLEB

"Akh! T–Tanganku.. h–hah.. d–darah.."

Dengan cepat Jimin menyalakan keran dan membasuh tangannya agar pendarahan itu berhenti. Tapi, mengapa semakin lama semakin banyak. Aah, ia menggoresnya terlalu dalam. Air matanya menurun deras. Mengapa ia terus melakukan ini. Ia sudah berusaha menolak tapi, rasanya semakin membuat ia obsesi dengan hal ini.

Ia menutupi pendarahan tersebut tapi, sama saja. Tidak berfungsi. Ia panik. Ia semakin panik, panik, dan panik.

Akan kah ia mati setelah ini?

"D–Dowajuseyo.. D–Dowa–"

BRUGH







































🌴 to be continued

ini yg terakhir kok. Ga ada bunuh diri lagi :(
Kasian si jimin, luka-luka terus.

APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
TRUST ME!






APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!TRUST ME!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam dari mr. Jeon 🤗

Oiya gaiseu, doa-in aku biar ujian lancar ya 😭😭😭 walaupun ini masih uji coba :(

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang