14 August

2.7K 276 18
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

"Hyung. Hari ini kan hari sabtu bagaimana kalau kita pergi jalan, hyung ?" Ajak Taehyung. Hoseok sudah pasti setuju dengan ide Taehyung tapi apakah Jimin mau keluar bersama mereka? Taehyung pun langsung pergi ke kamar Jimin dan menanyai perihal ini.

"Jimin? Rapih sekali mau kemana?"

"Suatu tempat. Aku akan pulang malam. Mianhae."

Jimin pun menutup tasnya dan pergi keluar kamar. Taehyung pun mengikutinya dari belakang. "Tae. Aku harus pergi."

"Beri tau dulu kemana."

"Hmm.. Kerja. Sudah. Kasih tau Hoseok-hyung jangan lupa." Jimin pun memakai sepatu dan langsung pergi ke kafe milik Seokjin untuk memulai hari pertamanya. "Tae? Tae, siapa yang keluar?" Tanya Hoseok. "Itu Jimin. Dia kerja."

"Kerja? Kerja apa dia?"

"Tidak tau, hyung."

.
.
.
.
.

"Cukup baik kerjamu Jim." Jimin pun langsung terkekeh. "Gomawo noona. Ini kan hari pertamaku aku tak boleh merusaknya." Ucapnya dengan lembut. "Oh iya noona. Seokjin-sunbae tidak datang?" Tanya Jimin. Yeoja tersebut pun berpikir dahulu. "Sepertinya sebentar lagi."

Suara bel pintu pun berbunyi menandakan kedatangan seseorang. "Annyeong sunbae !" Sapa Jimin, tapi sayangnya Seokjin tidak membalasnya. "Bagaimana dia kerjanya?"

"Bagus tuan. Dia sangat baik."

Seokjin pun menatap tajam Jimin. "Jimin ikut aku." Jimin pun mengangguk dan mengikutinya. Sebenarnya ia sedikit takut saat Seokjin bicara sambil menatapnya seperti itu. Mereka pun keluar dari kafe.

"Masuk ke mobilku." Pinta Jimin. Jimin mengangguk lagi dan masuk, diikuti juga oleh Seokjin. "Ada apa sunbae ?" Tanya Jimin pelan.

"Maksudmu apa menyuruh Hoseok dan Taehyung pergi dari rumah kami? Apa kurang puas tinggal di rumah besar itu?"

"S–Sunbae.. Ak–"

"Hebat sekali kau ini ya. Kau sudah ku terima di kafe ku dan kau membawa adikku pergi dari rumah. Apakah eomma-ku masih kurang membiayai hidupmu sekarang? Dan belum lagi appa. Ia koma asal kau tau."

Jimin pun terdiam. Menutup mulutnya rapat.

"Di rumahku, eomma sudah sangat stress. Berterima kasihlah kepadaku karena aku tidak memberi tau kalau kau kerja di kafe-ku. Tapi kau tau? Aku sangat membencimu. Buat apa kau lahir? Kau hanya membawa kesialan seperti yang eomma katakan. Mengapa kau tak balik lagi ke Panti dan tetap berusaha tinggal? Kau menginginkan harta? Jawab aku!"

"A–Andwae ! Aku tidak mau harta! Aku hanya ingin–"

"Licik sekali dirimu ini. Pantas saja orang tuamu meninggalkanmu sendirian."

DEG

Perkataan Seokjin sudah seperti bom untuk Jimin. Dirinya pun rapuh lagi. Sejahat itu kah dia? Sebenci itu kah dia? Sampai ia menyakiti Jimin dengan perkataan tajam. Sayangnya Jimin tak bisa melupakan itu. Perkataan yang diucap oleh Seokjin sudah tertanam matang di otaknya.

"Keluar sekarang dan kembali bekerja." Jimin pun mengangguk pelan dan keluar. Mobil Seokjin pun melaju cepat dan meninggalkan Jimin diluar. Jimin pun kembali masuk ke kafe untuk bekerja. "Ada apa Jim? Murung sekali. Apa yang tuan katakan?"

"Nan gwaenchana. Toilet dimana noona ? Aku ingin buang air kecil dahulu." Yeoja tersebut pun menunjukkan arah toilet. Jimin pun berterima kasih dan pergi ke toilet.

.
.
.

Tes.. Tes..

' Segitu buruknya kah diriku? Segitu sialnya kah diriku? Sampai orang tuaku meninggalkanku, sampai orang-orang membenciku.

Dan mengapa aku harus lahir kalau semua orang tak mau diriku? Terkadang aku berharap kalau aku tak di lahirkan sama sekali. '

🌴 to be continued

Suka error dalam mengetik. Maafkan aku :'

Gajadi double up. I don't have a mood rn.

APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
TRUST ME!

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang