[Author]
Jimin tengah merapihkan kost-nya hari ini. Walaupun ia anak lelaki, apa salahnya jika ia merapihkan rumahnya sendiri? Ia masih merasa aneh atas kejadian kemarin. Soal Hoseok.. apa yang sebenarnya terjadi? Ah, mungkin ini pelajaran baginya untuk tidak keterusan bergantung kepada mereka.
Tapi, mengapa Jimin selalu memikirkan mereka? Mengapa rasanya.. sangat nyaman berada di dekat mereka? Seperti saudara sendiri rasanya. Atau mungkin Jimin saja yang berlebihan? Hm, bisa jadi.
Sudah lah, Jimin melanjutkan aktivitasnya. "Hm, aku ingin es krim. Harus kah aku beli nanti? Hm, baiklah." Jimin langsung beberes dengan cepat agar ia bisa beli es krim nantinya.
"Seokjin-ah, bisa temani eomma ke supermarket nanti?"
"Nde eomma."
Seokjin masih bernafas lega hingga saat ini. Untung saja ia pandai beralasan kemarin jadi eomma-nya percaya kepadanya.
"KAU MENYURUH–"
Cklek
"–JIMIN UNTUK MENJAUH BUKAN?!!"
"Jimin?"
Seokjin tersentak kaget saat mendengar suara yang familiar bagi telinganya. Seokjin menoleh ke belakang. Ada sang ibu. Seokjin langsung menelan salivanya kasar.
"Apa maksudmu tentang Jimin!?"
"E–Eomma ? M–Maksudku.. Jimin.. umm.. aku ingin beri surprise untuk Yoongi! Dia sangat hebat karena sudah membuat Jimin menjauh! Ya.." Ucap Seokjin sambil tertawa canggung.
"Benarkah Yoongi!?"
"Umm.. ya..?"
"Kau hebat nak! Eomma sangat menyayangimu!"
Seokjin bernafas lega setelahnya.
.
.
.Jimin mengambil cup es krim rasa cokelat. Ia langsung menuju kasir. Saat ia ingin menuju kasir, ia melihat Seokjin. Ia ingin mendekatinya. Tapi.. lebih baik ia menyapanya saja.
"Jin-hyung !"
Seokjin yang merasa terpanggil langsung menoleh. Ia kaget kalau ada Jimin di sana. Mana sang ibu mau mendekatinya lagi, aih.. Seokjin harus melakukan kesalahan kali ini.
Seokjin menatap Jimin sinis kemudian mengalihkan pandangannya. Jimin yang menyadari tentu bingung dan sakit hati. Mengapa–
"Sudah belum, Seokjinie? Kalau sudah, ayo pulang!"
"Aah.. nde eomma. Kajja !"
Jimin terdiam kemudia langsung bersembunyi. Apakah.. Seoyoon dalang semua ini? Entah lah, Jimin tidak tau. Ia hanya merasa sedih saja.
.
.
."Apa benar..? Aku harus menjauhi mereka? Atau.. selamanya saja?"
Tolong, Jiminie. Maafkan aku! Tapi, tolong jauhi kami untuk sementara dulu! A-Aku tidak mau sesuatu terjadi! Kumohon Jimin. Jika Jin-hyung atau siapapun datang mampir, tolong usir mereka. Aku tidak bisa lama-lama karena aku harus pergi.
Jimin langsung meneteskan air matanya. Ia lelah. Lelah ditipu, dikhianati terus-menerus. Jimin lelah.. sangat lelah.
Apa dirinya terlalu bodoh? Jimin tidak suka. Baru saja mereka bermain di tempat penuh wahana, menanam bersama dan sekarang..? Mereka menjauhi begitu saja dan.. Jimin juga harus menjauhi mereka juga.
A-Aku tidak mau sesuatu terjadi!
Jimin langsung termenung. Memangnya apa yang akan terjadi? Sedih rasanya ketika ia mengingat bahwa dirinya telah ditipu terus-menerus.
"Mungkin kedepannya.. aku tidak boleh terlalu percaya dengan tipuan wajah mereka dan niatan mereka itu. Bisa jadi mereka akan menusukku dar belakang lagi. Hh, seperti biasanya.. tapi, aku sendirian di sini.."
"Jimin?"
Jimin menoleh ke belakang. Ada Taehyung dan Jungkook. Jimin langsung lari meninggalkan mereka. Mereka langsung kebingungan tentunya. Taehyung jadi mengingat kejadian kemarin. Apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa.. Jimin berubah lagi?
"Ia seperti habis menangis.."
🌴 to be continued
ayo cek profil aku, ada cerita bauu lho :v
judulnya who's baby untuk menghilangkan rasa sedih²nya 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me you love me | park jimin
Fanfiction[ 박 지민 ] JANGAN DITIRU! [REVISI] JIMIN x BTS Park Jimin. Bocah yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Itu juga dimulai saat ia berada di panti asuhan. Ia memilih untuk membunuh dirinya daripada menanggung semuanya sendi...