12 September

2K 201 16
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

Jimin menatap nanar dirinya sendiri melalui pantulan cermin. Kejadian kemarin sukses membuat semua hyung-nya kecewa padanya. Andai saja malaikat mencabut nyawanya, ia pasti sudah tenang dan tidak merepotkan banyak orang dulunya. Contohnya, seperti saat ini. Kejadian berlibur mereka terpaksa dihentikan karena ulah jimin.

Jimin sedang sendirian di ruangan bernuansa putih saat ini. Ia hanya melamun sambil menatap cermin sejak 1 jam yang lalu. Menatapi sosok yang paling ia benci dalam hidupnya.

"Aku mengacaukan semuanya.. aku penghancur.. aku adalah hama.. aku tidak pantas untuk hidup.. aku ingin ma–"

Cklek

Jimin melihat sosok itu melalui pantulan cermin. Orang yang tak ia kenali sama sekali. Ia adalah seorang wanita yang mengenakan jas putih khas dokter biasanya.

"Annyeong ? Aah.. Syukurlah aku bisa berbahasa korea. Kau Park Jimin kan?"

Jimin tak menjawab. Ia hanya diam, masih menatap pantulan dirinya melalui cermin. Ia sama sekali tidak menghiraukan dokter wanita ini yang tengah berbicara kepadanya.

"Jimin-san ?

Ia tidak menjawab lagi.

"Jimin-san !"

Jimin tersentak sedikit. Ia tersadar dari lamunannya kemudian menatap wajah dokter itu. Tatapan yang sangat memilukan menurut ahli psikologi. Matanya yang edikit membengkak dan lingkaran hitam di bawah matanya, bibirnya yang sedikit pucat, dan tubuh yang cukup kurus.

Jimin bingung apa yang terjadi awalnya. Ia terlalu lama melamun hingga tidak sadar apa yang terjadi. Dokter itu menatap Jimin nanar. Ia dapat melihat kegelapan di hidup pria mungil yang malang ini.

"N–Nugu ?"

"A–Aah, aku uissa di sini. Aku orang Jepang dan bisa berbahasa korea. Namaku Miyawaki Sakura. Panggil saja Sakura-noona, ya?"

Jimin tersenyum kecut dan mengangguk perlahan. Jimin kembali murung. Ia memainkan kakinya yang 1 cm tidak sampai dengan lantai karena ranjang yang terbilang cukup tinggi. Pertanyaan yang kini memenuhi akalnya adalah, mengapa ia selalu hidup walaupun ia sudah berkali-kali melakukan percobaan di luar batas itu.

"Jiminie.. apa yang terjadi? Mengapa kau nekat melakukan ini?" Tanya Sakura sambil menunjuk luka yang Jimin buat di pergelangan tangannya kemarin. Jimin menatap lukanya sendiri. Rasa gila itu muncul kembali. Tangan kanannya bergerak perlahan ke luka tersebut dan berusaha melukai pergelangan itu agar kembali terluka.

Dengan cepat Sakura menahannya dan Jimin berhasil terisak. Mentalnya sudah kacau. Benar kata dokter yang memeriksa Jimin kemarin. Ini sudah buruk. Jimin bisa membunuh dirinya sendiri kapan pun.

"Jiminie! Jangan lakukan ini! Kau tidak pantas melakukan ini!"

"Andwae ! Aku mau mati! Semua orang membenciku! Biarkan aku mati! Biarkan aku mati, noona ! Aku lelah! AKU LELAH!" Isaknya seraya melemaskan tangannya.  Sakura yang merasa Jimin tak berniat melakukan itu, melepaskan genggamannya dan memegang pipi Jimin.

"Dengar, apa kau mau kalah dengan kegelapan? Apa kau mau berhenti di tengah-tengah kegelapan yang berujung kebahagiaan? Di depan sana sudah ada kebahagiaan. Kau terlalu sering melihat masa lalu hingga membuatmu terpuruk. Kau sama saja seperti pecundang jika kau berhenti di tengah-tengah. Apa kau tak ingat? Kau sudah jalan sejauh ini dan kau lelah? Coba pikirkan, bagaimana jika jarak kebahagiaan itu tinggal 5 meter lagi? Apa kau menyerah begitu saja, Jiminie?"

Jimin tidak menjawab. Pikirannya sudah kacau. Ia sudah lelah dengan segalanya.

"Kakakmu di luar sana berusaha membuatmu berdiri lagi. Berusaha membuatmu kembali berjuang ke arah kebahagiaan. Dan kau sama saja seperti menolaknya, Jimin. Kau kira aku menjadi ahli psikiater seperti ini tidak mempunyai masa kelam? Aku juga memilikinya. Tapi aku tau, kebahagiaan selalu ada kapan pun, dimana pun. Jadi, maukah kau menjadi semangat seperti dahulu lagi? At least, mencobanya."

"Lalu, apa kau tidak memikirkan nasib temanmu? Kakakmu? Atau kerabat terdekat lainnya yang memiliki hubungan denganmu? Maukah kau kembali bangkit dan menuju ke jalan kebahagiaan? Cukup tentang bunuh diri. Lupakan tentang cara bunuh diri lainnya itu. Maukah?"































Dan seorang Park Jimin mengangguk perlahan.

🌴 to be continued

HEHEHE. Bantu doa ya guys biar si jimin ga mental breakdown lagi. Nanti malah dia mati pas belum tanggalnya 😟

APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
TRUST ME!

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang