[Auhtor]
Pagi hari sudah menjelang saja. Padahal Jimin baru membuka matanya. Ia pun bangun dan merapihkan tempat tidurnya. Rasanya tinggal di rumah luas ini sendiri tidak nyaman bagi Jimin. Tapi kalau dia pergi dari rumah ini, dimana dia harus tinggal?
"Apakah ada jadwal hari ini? Rasanya malas sekali untuk kuliah. Aku ingin menjenguk appa. Tapi kalau ada nyonya Kim bagaimana? Aku sangat bosan!"
Rasanya 75 hari itu lama bagi Jimin. Sekarang baru hari ke 11. Sangat lama sekali. Daripada Jimin diam di rumah, Jimin pun ingin membersihkan rumah besar ini. Ia langsung mencari sapu, pel dan alat bersih-bersih lainnya.
Dan ia mulai menyapu.
Ahh.. Nde nde. Berita bagusnya..
Aku di adopsi!
"Eoh ? Mengapa aku mengingat masa lalu itu?" Ia pun tak peduli dan melanjutkan untuk menyapu.
E–Eomma.. Aku berusaha menyelamatkannya.. Tapi ia berlari terlalu cepat..
Plak!
Ia pun langsung terdiam lagi. "Mengapa aku jadi mengingat itu semua? Aish.. Mengganggu saja."
INI SEMUA SALAH KAU! SEMENJAK KAU DATANG, SEMUA MASALAH JUGA DATANG! KAU ITU TAK PANTAS UNTUK LAHIR! KAU INI HANYA MEMBAWA MASALAH! APA KAU TAK MERASA BERSALAH!? JAWAB AKU! SUAMIKU ADA DI DALAM! DI UJUNG KEMATIAN! KAU PUAS BUKAN!?
Ia pun langsung menjatuhkan sapu ini. Seketika air matanya jatuh dari matanya. ' Mengapa aku jadi menangis? ' Batinnya.
Cklek
"Tidak di kunci sih. Jimin?"
Mendengar suara itu Jimin pun langsung menghapus air matanya. "H–Hoseok-hyung ?" Ia pun langsung mendekati Jimin dan memeluknya. "Maaf, kami meninggalkanmu. Eoh–"
"Gwaenchana, hyung." Lirihnya sembari membalas pelukannya. "Kau habis menangis?" Ia menggeleng kepalaku. Ya, dia berbohong. Ia tak mau membuat orang sedih.
"Bagaimana rasanya tinggal send-"
"Tidak enak, hyung. Hyung kesini bilang? Nanti nyonya Kim marah. Lebih baik hyung pulang saja." Ucap Jimin pelan. Ia ingin sendirian saat ini. "Tapi–"
"Kumohon, hyung. Aku hanya ingin sendiri."
"Jangan membuat hyung membencimu, Jim."
"Hyung ! Kumohon!"
"Baiklah kalau itu maumu." Hoseok pun langsung meninggalkan Jimin sendirian di rumahnya yang dulu. ' Mianhae, hyung. ' Batinnya. Jimin pun menghela nafasnya. Ia telah membuat kesalahan besar. Daripada diam sendiri disini, ia langsung naik ke lantai atas dan liat ada apa aja disana.
Jimin dapat melihat sebuah bingkai foto yang ditutupi dengan kain besar. Ia pun membukanya alhasil, debu pergi kemana-mana. Lukisan seorang anak dengan orang tua. Jimin pun langsung terduduk sambil melihat lukisan tersebut.
Kau tau Jim? Saat aku remaja nanti, aku ingin ada orang yang mengadopsiku. Orang lain yang mempunyai orang tua enak ya, selalu disayang. Kita disini hanya disuruh-suruh untuk melakukan hal yang tak berguna.
Setetes air mata pun jatuh dari mata Jimin. Ia masih melihat lukisan tersebut.
Orang tua itu selalu sayang kepada anaknya, Jim. Makanya aku mau di adopsi karena aku mau disayang."L–Lalu bagaimana dengan n-nasibku..? S–Sudah diadopsi tapi tidak disayang.. Hatiku s–sakit.."
Jimin terus melihat lukisan tersebut sambil menangis. Rasanya, ia ingin sekali menjadi anak di lukisan tersebut. Ia hanya ingin di sayang, bukan di siksa.
🌴 to be continued
Kayaknya Jimin mulai depresi nih :( bahaya, bahaya, bahaya..
APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
TRUST ME!
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me you love me | park jimin
Fanfic[ 박 지민 ] JANGAN DITIRU! [REVISI] JIMIN x BTS Park Jimin. Bocah yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Itu juga dimulai saat ia berada di panti asuhan. Ia memilih untuk membunuh dirinya daripada menanggung semuanya sendi...