22 September

1.9K 197 60
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

Jimin termenung di kamarnya. Ia memainkan tangan mungilnya di ranjangnya. Kejadian kemarin membuat hatinya teriris sedikit. Memang ia ini tidak pantas untuk berada di dunia ini ya. Tapi apa boleh buat? Jimin tidak suka dengan orang yang tidak menepati janji walaupun terkadang dirinya masih melupakan janjinya sendiri.

75 hari ya. Tepat tanggal 13 Oktober. Ulang tahunnya. Kira-kira apa yang akan terjadi di tanggal 13 Oktober nanti? Apakah ia hidup atau ia akan mati. Rasanya, percuma saja ia menetapkan tanggal kematiannya. Semua orang memperlakukannya tidak pantas tapi ia masih bertahan. Jimin memang pria yang kuat.

Jimin mulai memejamkan matanya karena posisi tidur yang terlalu nyaman. Ia mulai tertidur untuk beristirahat lagi. Membiarkan energi tertanam lagi agar ia sedikit kebal saat dirisak nantinya.

.
.
.

"Jimin.. Jimin-ah. Sudah sore, kau belum makan siang dan pasti belum sarapan."

Jimin membuka matanya perlahan. Ada dua orang di hadapannya. Ia berusaha memfokuskan pandangannya terlebih dahulu untuk melihat lebih jelas.

"Hyung ?"

Ternyata Hoseok dan Seokjin yang berada di hadapannya. Mengapa mereka datang ke sini? Jimin langsung bangkit kemudian menatap keduanya dengan tatapan tidak suka.

"Apa? Ada apa lagi kalian datang?"

"Jimin-ah.."

Jimin terdiam kemudian menunduk. Ia sama sekali tidak ingin menatap wajah mereka dan mata mereka. Seokjin duduk di samping Jimin kemudian merengkuhnya.

"Jimin.. Maafkan hyung. Mian."

Jimin melepaskan rengkuhan Seokjin. Ia segera pergi dari rengkuhan yang ia anggap penjara yang paling mengerikan.

"G–Gwaenchana, hyung. Aku sudah memaafkan hyung." Lirih Jimin. Seokjin menatap Jimin nanar. Sepertinya kejadian kemarin alias tragedi pembully-an itu membuat Jimin terluka lagi.

"Jimin.. Eoh ! Jin-hyung sudah masak tadi untukmu! Ayo makan dulu, kau pasti sangat lapar!" Ajak Hoseok tapi, Jimin menolaknya begitu saja. Ia menggeleng. Seokjin sudah tidak tahan rasanya. Ia menyuruh Hoseok untuk berbuat sesuatu.

Baiklah, tidak ada cara lagi, Hoseok menyetujuinya.

"Jimin, hyung akan memberitahumu secara singkat nanti. Kedatangan kami hanya untuk memberitahumu sesuatu. Makan lah dulu."

Bicaranya Hoseok menjadi formal. Jimin masih tidak menghiraukannya. Kedatangan mereka masih membuat Jimin sakit hati atas apa yang paman mereka lakukan kepadanya.

"YAK PARK JIMIN! APA SUSAHNYA UNTUK MAKAN DULU!? SETELAH INI KAMI AKAN PERGI! PUAS KAU!"

Jimin langsung tersentak kaget saat menyadari emosi Seokjin sudah meledak. Hoseok langsung menenangkan Seokjin sementara Jimin mengangguk-angguk sambil keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

"Yak hyung ! Apa yang kau lakukan!? Kau menyakiti hatinya!" Seokjin menghembuskan nafasnya kemudian menatap Hoseok lesu.

"Mian. Aku kesal, Hoseok-ah."

"Sabar sedikit, hyung. Jimin masih dalam waktu terberatnya. Karena ahjussi.."

Seokjin mengangguk kemudian mengusulkan untuk menyusul Jimin ke ruang makan. Saat sampai, Jimin mengambil piring dengan tangan yang bergetar begitu pun dengan masakan Seokjin yang ia ambil. Ia sungguh bergetar hebat.

Saat ia menoleh ke belakang, ia sudah didapati oleh Seokjin dan Hoseok. Ia menunduk kemudian langsung duduk di meja makan.

"A–Aku a–akan.. m–makan.."

"Jimin-ah, maafkan hyung. Hyung tau hyung sudah kasar kepadamu tadi. Maafkan hyung.."

Jimin menggeleng. "J–Jimin yang salah." Ucapnya dengan nada yang bergetar. Ia memgambil sesendok makanan tersebut ke mulutnya. Tak lama air matanya jatuh juga. Jiminnya ketakutan.

Seokjin langsung duduk di samping Jimin kemudian memeluknya. "Hoseok-ah ! Ambil minum untuk Jimin tolong. Jiminie, maafkan hyung nde.. Maaf.." Jimin mengalami panic attack. Seokjin terus menenangkannya dan menghentikan aktivitas makan Jimin.

Hoseok langsung datang membawa air dan memberikannya ke Jimin. "Maafkan hyung Jimin.. Maaf.." Jimin masih terisak di pelukan Seokjin. Ia langsung keluar dari rengkuhan Seokjin kemudian mengambil minum dari Hoseok kemudian meminumnya perlahan.

"Gwaenchana ?" Jimin mengangguk. Setidaknya, tangisnya sudah mereda. Seokjin menghembuskan nafasnya.

"Jimin-ah.. Bisakah kau bertahan sedikit lagi? Bertahan sedikit lagi saja.."

Jimin terdiam.

"Hyung ingin mengatakan, bukan kami yang menyuruh ahjussi untuk mengatakan itu kepadamu. Yoongi sekalipun. Kami bahkan tidak tau ahjussi ada di Korea."









"Dan Jimin-ah, biarkan hyung membuatmu bahagia agar kau tidak mati. biarkan hyung melindungimu."










🌴 to be continued

makasih ya buat para pembaca buku ini karena sudah setia membaca buku ini dari awal sampai akhir. aku gabisa ngetik banyak-banyak lagi, pokoknya makasih aja buat kalian karena udah mengikuti jejak buku ini. walaupun masih ambaradul dan ceritanya terkadang sedikit aneh. aku berterima kasih banget sama kalian juga karena udah mendukung aku! thank you y'all !!! ❤❤❤

dan sepertinya book ini udah mau mencapai endingnya. dan aku jg masih bingung, harus sad ending atau happy ending. hmm pokoknya saksiin aja terus yaa. masih ada rahasia lainnya :0

APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!
TRUST ME!

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang