1 October

1.5K 151 22
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

Bulan berganti tapi.. Jimin tidak berubah. Pendiam semenjak ia hampir diperbuat sesuatu oleh pamannya sendiri atau.. paman Keluarga Kim untuk saat ini.

Mereka tengah di rumah sakit. Melakukan tes DNA untuk membuktikan bahwa Jimin adalah bagian dari Keluarga Kim yang hilang.

"Jim.. apa kau gugup?" Tanya Seokjin namun Jimin hanya terdiam dan tidak menjawab. Ia seperti merenung atau melamun dengan tatapan kosong. Seokjin yang mulai khawatir langsung menepuk pundaknya.

"Jimin?"

"Aah? Nde ?"

"Neo gwaenchana ?"

"Ya.. nan gwaenchana.."

' Ani hyung.. an gwaenchana. '

Kejadian kemarin.. membuat Jimin stress lagi tenteng masalahnya.

"Hmm, arraseo. Sekarang sudah Oktober saja ya."

Oktober.. membuat Jimin mengingat akan sesuatu. 13 Oktober. 12 hari lagi. Di mulai dari sekarang.

Lepas Yoongi. Ia disuruh olehku. Haha. Aku tak suka melihat anak itu hidup. Hama. Karena kau.. aku.. SUNGGUH MEMBENCIMU! Adikku tak peduli lagi kepadaku karena anak hama itu!

KELAHIRANMU ITU ADALAH BENCANA! Bencana buruk. Aku membencimu! Awalnya aku hanya ingin memberi Hoseok pelajaran karena MEMBONGKAR SEGALANYA KEPADA KALIAN! Tapi.. ia terus membicarakan Jimin Jimin Jimin. Aku ingin membunuhmu saja rasanya.

Jimin langsung memejamkan matanya. Rasanya.. ingin sekali ia melupakan segalanya dan hidup normal seperti orang-orang disekitarnya.

"Ah? Yeoboseyo ? Tunggu sebentar ya, Jiminie. Hyung dapat panggilan." Jimin mengangguk kemudian mempersilahkan Seokjin untuk pergi sebentar.

"Eomma ! Mengapa kita terus bertemu appa !? Appa sudah menyakiti eomma ! Appa malah meninggalkan eomma !"

"Sshh. Bagaimana pun juga itu tetap appa-mu, nak. Walaupun ia sudah menyakiti eomma dan kau, apa salahnya kita balas dengan kebaikan? Membalasnya dengan amarah hanya membuat kita pergi ke jalan yang salah. Hidup ini adil. Mungkin waktu keadilan kita belum sampai. Kajja, nanti appa-mu marah karena kita terlambat."

Jimin terdiam melihat kedua insan itu. Dialog antara sang ibu dan anaknya membuat Jimin mengingat sesuatu.

Hyomi. Aku benci sekali dengan ahjumma di panti ini! Mereka menyebalkan! Mereka jahat!

Sudah Jiminie.. jangan dibawa amarah. Itu akan memperburuk. Biarkan saja. Hidup itu adil, kita akan bahagia pada waktunya. Jika belum bahagia berarti waktu itu belum datang. Karena kau yang sedih dan ahjumma yang bahagia saat ini, siapa tau saat kau besar malah kau yang lebih bahagia ketimbang ahjumma.

"Waktuku.. belum tiba."

"Maksudnya giliran kau?"

"Aah! Hyung ! Kau mengagetkanku!"

"Haha, mianhae. Habisnya kau melamun."

"Hm– HOSEOK-HYUNG !? SEDANG APA KAU DI SINI!?"

Jimin yang baru menyadari keberadaan Hoseok langsung tertawa terbahak-bahak. Gemas sekali anak yang satu ini. Terlalu larut dalam melamun membuat ia tidak fokus.

"Aku hanya penasaran."

"Hyung harus istirahat! Hyung kan–"

"Sudah. Hyung baik. Neo gwaenchana ?" Jimin mengangguk-angguk.

"Raut wajahmu terlihat berbohong."

Jimin hanya terkekeh. "Mana ada hyung ! Eoh. Perawatnya sudah keluar. Aku masuk dulu, hyung."

"Jin-hyung mana?"

"Dapat panggilan tadi. Mungkin sedang di luar."

"Baiklah."

.

.

.

.

.

.

.

.

"Apa anak itu benar-benar akan mati pada saat hari itu? Hmm.. semoga saja tidak. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau anak itu benar-benar akan pergi."

Cklek

"Yoongi, boleh tolong bantu eomma ?"

"Hm? Nde."

🌴 to be continued

hahahuhu, sudah lama tidak up 😂

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang