[Author]
Jangan tanyakan kondisi Jimin sekarang. Karena ia yang tidak peka akan masalah Jongin, temannya sendiri ia jadi didiamkan oleh Jongin. Taemin dan Sungwoon juga menyemangati Jimin. Jimin juga merasa agak bersalah karena ini. Sungwoon dan Taemin masuk sekolah hari ini walaupun mereka berdua telat. Jongin tidak masuk karena ia harus menemani ibunya.
"T–Taemin.. Bagaimana keadaan ibu Jongin?"
"Ia kritis, Jim. Jongin terus menangis. Bahkan mabuk. Kemarin ia keluar dari rumah sakit hanya untuk mabuk. Entah siapa yang mengajarinya."
"Aku merasa bersalah. Aku selalu membutuhkan kalian. Tetapi saat kalian membutuhkanku, aku tak pernah datang. Mianhae.."
Taemin dan Sungwoon pun saling menatap satu sama lain. Mereka pun memeluk Jimin untuk menenangkan dirinya yang ingin menangis lagi.
"Wah, lihat disini ada siapa. Seorang Park Jimin yang menangis. Ada apa ini?" Taeyong. Ia selalu datang di saat yang tidak tepat. Taeyong yang baru saja datang sudah diberi tatapan sinis oleh Sungwoon dan Taemin. "Ck, rileks saja kalian berdua ini. Lagipula aku tidak melakukan apapun kepadanya."
"Taeyong.. Bisakah kau meninggalkanku sendirian dulu? Aku butuh udara segar. Bukan orang egois disini."
Jimin pun langsung bangkit dan pergi ke kelasnya. Meninggalkan mereka bertiga disana.
' Berani sekali dia ini. '
.
.
.Cklek
"H-Hyung ?"
"Bagaimana sekolah tadi. Kau bertemu dengan Jongin?"
"Hyung tau?"
Seokjin pun mengangguk. "Sini Jimin-ah. Biarkan aku memelukmu." Jimin pun menaruh tasnya dan langsung berlari memeluk Seokjin. Disaat itu juga air mata Jimin langsung tumpah. "H-Hyung aku sangat tidak peka.. hiks.. hiks.. J-Jongin marah kepadaku.. hiks.." Isak Jimin. Seokjin pun hanya mengelus punggung Jimin.
"Tenang Jimin-ah. Ini semua kecelakaan murni. Jongin hanya ingin ketenangan sebentar. Disaat seperti ini ia membutuhkan penyemangat. Pasti kau bisa menenangkannya, Jim."
Seokjin pun melepas pelukannya dan menatap Jimin. "Temui dia dan minta maaf kepadanya. Pasti ia akan mengerti." Jimin pun mengangguk. Jimin pun memeluk Seokjin lagi. "G-Gomawo hyung.."
"PERGI! PERGI KAU! AKU TAK BUTUH TEMAN SEPERTIMU! AKU TAK BUTUH! KAU HANYA PENGHANCUR! PANTAS SAJA KELUARGA KIM TIDAK MENERIMAMU! KAU MEMANG SAHABAT TERBURUK!"
"MIANHAE ! Hhh.. hhh.. H-Hyung..? Jam berapa ini? Emm.. Pukul 9? Aku tidur lebih awal. A-Aku harus menemuinya sekarang."
.
.
.
.
."Aku pesan tiket ke Dae-"
"Buat apa ke Daegu?"
Mendengar suara itu Jimin pun langsung menoleh ke belakang. "J-Jongin? Jongin.. Jeongmal mianhae ! Jebal.." Jongin pun menatapnya sinis. "Kita bukan teman lagi, Park Jimin. Aku tak mengenalmu. Pergi dari kehidupanku."
"Jongin jebal. Mianhae.. Aku akan membantumu."
"MEMBANTU APA!? MEMBANTU MEMBANGUNKANNYA!?"
Jongin pun langsung meninggalkan Jimin sendirian disana.
' Tuhan, apalagi yang harus kau ambil? Pertama Hyo, kedua keluargaku, ketiga sahabatku. Apakah saat keempat kau akan mengambil nyawaku? '
Jimin pun kembali pulang ke rumahnya dengan lemas. Lagi-lagi ia menangis. Ia harus kuat! Ia harus menyemangati Jongin lagi. Ia pasti bisa. Jongin pasti mau memaafkannya. Jimin hanya lelah sekarang. Sampai kapan ia hidup seperti ini.
"Please give me a remedy.."
"Meomchwobeorin simjangeul ttwige hal remedy.."
"Ije eotteohge haeya hae.."
"Nal sallyeojwo dasi gihoereul jwo.."
"Please give me a.."
"Suaramu bagus juga, Jim." Jimin pun langsung terkejut. "Hyo? Malam-malam sedang apa di taman?" Hyomi pun memperlihatkan plastik belanjaan yang ia beli barusan. "Matamu bengkak. Apa ada masalah?"
"Jongin marah kepadaku karena aku tidak peka, Hyo."
"Jangan berlarut-larut, Jim. Kau masih punya banyak teman dan keluarga."
' Hmm, banyak ya. '
Jimin pun terdiam dan memejamkan matanya. Ia pun menghembuskan nafasnya.
"Hyo, bagaimana perasaanmu kalau tiba-tiba esok aku sudah tidak ada di bumi lagi?"
alur makin gajelas dong.
Btw Jimin cuma capek kok. Dia capek :)
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me you love me | park jimin
Fanfiction[ 박 지민 ] JANGAN DITIRU! [REVISI] JIMIN x BTS Park Jimin. Bocah yang sama sekali tidak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Itu juga dimulai saat ia berada di panti asuhan. Ia memilih untuk membunuh dirinya daripada menanggung semuanya sendi...