Seil 0.3 - XXII

1K 180 4
                                    

"Lo keluar? Serius?"

Tuh kan Krystal aja kaget.

"Iyah tal, mau gimana lagi? Dari pada temen-temen gue yang jadi pengangguran? Kasian beban hidup mereka banyak."

"Terus Lo gak kasian sama diri Lo sendiri?"

"Kasian lah. Tapi yaudah sih, gue tetep punya rencana kok."

"Ok let's forget about this, i wanna talk about Nilkensen. How Sy? How?"

"Apanya?"

"Iyah Lo sama dia."

"Bentar bentar, bukanya Lo yah yang ngasih tau pacar Lo ke Nilkensen buat rekomendasiin perusahaan gue kemarin?"

"Iyah emang gue. Tapi, Kai tuh gak bilang siapa atau perusahaan apa dia cuman jelasin apa yang perusahaan temenya butuhin."

"Jadi Lo juga gak tau?"

"Hell no! Menurut Lo ketika gue tau itu Nilkensen apa mungkin gue biarin kalian reuni? Buat apa?"

"Nah Iyah itu, buat apa?"

Gue jadi ikutan mikir, padahal dari tadi asik ngetik di komputer.

"Please jangan terjebak sama Nilkesen untuk kedua kalinya. Sejak sepuluh tahun terakhir dia udah berubah dan semakin parah, Lo harus jaga jarak."

"Kayaknya Lo terlalu berlebihan, ketika gue milih opsi buat mundur dari perusaahan gue juga udah mundur untuk masuk ke kehidupan dia. Tapi, gue emang kaget sih waktu dia bilang pengen gue mati."

"Apa?"

"Iyah Tal, dia suruh gue milih buat keluar perusahaan atau mati. Creepy kan?"

"Astaga."

Krystal langsung pucet.

Sejujurnya gue gak takut sama ancaman Nilkensen, belum tau aja dia gimana posesifnya Ayah-Bunda, bisa-bisa dia dikejar sampe kubur kalau gue beneran mati. Beside, gue bakal bawa dia ke nereka andai itu terjadi.

"Gue udah denger gimana Nilkensen dari Kai dan temen-temen disini, anak suram itu punya masa depan dan gue kaget. Lo harus tau Sy, sejak kejadian sepuluh tahun lalu atau mungkin ini cuman asumsi gue, Nilkesen sekarang makin gila sama cewek dia jadi trully player. Udah gak keitung berapa banyak yang sangat sakit hati karena kelakuan dia tapi tetep aja dia gak pernah punya hubungan serius. Belum lagi sikap dia yang seenaknya, hati dia tuh dingin paling penting dia gak pernah bohong sama semua yang dia ucapin. Gak mungkin, itu cuman gertakan."

"Setiap orang berubah, sepuluh tahun itu waktu yang lama. Tapi satu hal yang gue yakini, gimana pun dia saat ini, dia gak sungguh-sungguh minta gue mati. Lagian sebelum ketemu gue juga, Lo bilang sendiri Nilkensen emang gak pernah punya hubungan serius sama siapa pun. Apa yang terjadi sama dia sekarang itu bukan gue penyebabnya."

"Tapi Lo sendiri juga yang bilang, Lo itu istimewa susah buat orang lupain Lo."

"Gue dulu pilih Nilkesen karena reputasi dia dan gue gak pernah jadi istimewa buat dia. Paham?"

"Gak tau sih Sy, gue cuman ngerasa bakal selalu ada Lo disalah satu alasan yang bikin dia berubah saat ini."

"Satu hal yang gue tinggalin buat dia malam itu adalah luka dari harga diri dia yang tanpa sengaja gue buat. Dia pasti bales dendam, mungkin sekarang lah waktunya. I am sure, about that."

"Shit. Kenapa sih Lo harus ketemu dia setelah sekian lama?"

"Itu yang masih jadi tanda tanya besar buat gue juga."

"Semoga Lo baik-baik aja, gue sayang Lo Sy."

"Me too Honey,"

.
.
.

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang