Commencer 0.8 - LXXIV

940 182 93
                                    

Gak kerasa sudah tiga bulan berlalu.

Gue memutuskan untuk berhenti nyari kabar tentang Za. Terkahir kali gue denger dia udah mulai menjalani aktifitas seperti biasa, syukurlah.

"Pasar produk kali ini, lebih menyasar pada dewasa muda. Kebutuhan akan fashion frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan usia diatasnya."

"Kapan mulai pengerjaanya?"

"Minggu depan Mr."

"Semua sudah dipersiapkan?"

"Sudah Mr. sesuai arahan Mr. kami sudah mempersiapkan semuanya dengan matang."

"Bagaimana dengan perusahaan iklan?"

"Tidak ada perubahan, masih sama seperti yang Mr. ajukan."

"Baik, kalau begitu segera produksi. Saya akan mengawasi secara langsung, minimalisir kegagalan, jangan buat kesalahan. Paham?"

"Iya Mr."

"Rapat selesai."

Gue keluar ruangan, lalu segera turun ke lobby untuk pulang.

Rutinitas masih gue jalani seperti biasa, work, club, dating, sleep, back to firts.

Akhir-akhir ini gue lebih sering sendiri di apartemen, Jun atau Irene jarang berkunjung, jangan tanya Karda. Belakang gue baru sadar dia jadi budak cinta perempuan blasteran Amerika itu.

Fyuh.

Ikatan dasi gue longgarkan, masih ada lima jam lagi sebelum gue pergi ke club dan gue mau masak makan malam, kembali kerja sebentar lalu pergi.

Ting

Tong

Ting

Tong

Ah, gue lupa.

Beberapa teman kencan gue, terkadang datang lebih awal dan menemani makan malam.

Ya, walau mulai jarang.

"Tunggu sebentar."

Gue berjalan menuju pintu dan langsung membuka,

"Halo sayang,"

"Hai Sena,"

Eh?

"Za?"

Sejenak gue terdiam seperti sedang mencerna kenyataan, bagaimana bisa dia  datang ke sini?

Apa gue sedang bermimpi?

Atau gue sedang mabuk?

Ragu gue sentuh pipi Za dan... dia nyata.

"Gue boleh masuk? Hm?"

"I, iya, iya, Lo boleh masuk."

Dia tersenyum lalu melewati gue begitu aja.

Segera gue susul langkahnya.

Sesampainya kami diruang tengah, dia terdiam beberapa saat seraya menganalisi ruangan, setidaknya itu yang gue pikirkan.

"Apartment Lo luas, desainnya khas banget laki-laki." katanya, mulai berbalik menatap gue.

"Ya, mau gimana lagi. Gue tinggal sendiri disini."

"Tapi, kayaknya Lo gak pernah kesepian."

"Hm, temen kencan gue cukup banyak."

"I know, Lo ganteng. Mustahil Lo gak laku."

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang