Vien 0.9 - LXXXV

643 139 18
                                    

Malam berlalu.

Cahaya masuk lewat celah tirai, sementara gue masih enggan untuk bangun.

Sena gak nelpon, mungkin dia sangat menikmati waktu bersama Judit. Whatever, pada dasarnya Sena seorang playboy dan kebiasaan lama gak bisa berubah hanya dalam hitungan Minggu, bukan?

Setelah sarapan gue berencana hunting beberapa makanan di Milan atau pergi ke kota lain lalu balik hotel.

Italia negara yang indah, bangunan disini masih otentik dan lebih kental sisi seni dalam arsiteknya, beberapa selfie untuk feed Instagram gue rasa akan menarik.

Setelah selesai ngepack barang, berbekal ransel ukuran sedang gue memulai perjalanan.

Kasus gue belum pecah, gue belum bisa pulang sementara Sena sedang asik dengan dunianya. Barangkali, sena ada benernya gue bukan manekin dan ya seharusnya Italia gue jelajah selagi gue ada waktu.

Lewat transportasi umum kereta juga bis gue pergi ke satu store kemudian store lainnya, berburu hal unik dan apa pun yang bisa gue beli.

Sore datang, dering nada sambung jadi hal yang gue tunggu selagi duduk menikmati orang yang berhalu-lalang.

"Halo sistersss,"

"Hai,"

"Gimana perjalanan Italia Lo? Semua lancar?"

"Ya, semua lancar."

"Sena? Gimana sama bantuan yang dia kasih?"

"Belum ada titik terang,"

"Kita pasti nemuin jawaban Sy, gue yakin."

"Me too."

"Good Sy,"

"Lo lagi ngapain?"

"Work of course."

"Model apa lagi sekarang?"

"Majalah, ada apa? Something happened?"

"Gue udah lama gak ke Italia, cukup asing."

"Apa gue perlu kesana?"

"Nope, gue denger pacar Lo beli apartemen baru di New York?"

"Yea, i know sounds stupid. Dia bilang pengen lebih deket sama gue."

"Berencana nikah?"

"Oh come on."

"Berencana punya anak?"

"Baby is cute, sure i want but kids are evil i don't like them beside i am not ready for pregnant. You know your body wil more fat and i have to extra diet after that."

"Pregnant not always bad."

"O i am sorry, i am-"

"Ada toko roti enak disini, maybe kita harus liburan bareng."

"Then i can't wait."

Obrolan kami beranjut hingga camilan terkahir gue habis. Begitu menenangkan bisa ngobrol sama Krystal, mungkin karena dia satu-satunya orang yang bisa ngerti anomali hidup gue.

Malam kembali datang, handphone gue mati dan gue lupa bawa charger.

Setelah turun dari Bis, gue berjalan menuju hotel.

"Pada akhirnya Lo jalan-jalan juga."

Seorang lelaki dengan mantel hitam keluar dari mobil, dia mendekat ke arah gue.

"Tentu, memang apa yang bisa gue lakuin di kamar hotel sendirian?"

Gue masuk ke dalam lobby sementara dia ngitkuti langkah gue tanpa hirauan.

"Apa Lo marah?"

"Karena?"

"Tadi malam,"

"O i am almost forget, thanks for remaind me."

"You know i just need time,"

"So, having a great sex yea? Is Judit a good player?"

Pintu kamar hotel gue buka, dia ikut masuk ke dalam tanpa gue undang.

"Yea she is."

"Gue masih butuh Lo, gak ada alasan buat gue marah. Lagi pula sex itu kebutuhan,"

"Sampai kapan Lo mau tinggal di hotel?"

"Sampai apartmen Lo clear dari perempuan lain."

"Judit akan pergi besok,"

"Kalau gitu gue akan datang besok, ngomong-ngomong kalian gak ngelakuin hal itu di kamar gue kan?"

"Enggak,"

"Good job."

Satu persatu pakaian gue lepaskan, dia duduk manis di kasur memperhatikan aktivitas gue.

Setelah almost naked gue ambil handuk dan bergegas pergi ke kamar mandi.

"I am not kidding Sena, gue gak mau tinggal di apartemen Lo kalau temen cewek Lo selalu datang."

Gue pun masuk ke dalam bath up, berendam untuk setengah jam.

Sena masih duduk sementara gue udah selesai mandi dan berpakaian lagi.

"Mungkin lain waktu Lo bisa kasih tau gue sebelum bawa temen Lo datang, you know gue hanya merasa sedikit terhina saat dipaksa pergi. Setidaknya kasih gue persiapan, ok?"

Cup!

"Good night,"

"Sy,"

Aktivitas menarik selimut gue terhenti,

"Ya?"

"Give me that,"

"I can't."

"Why?"

"You know the reason."

Sena diam, gue mendekat dan meluk dia.

"Why?"

"Nothing,"

"Why you always say nothing but actually something happened. I know that, don't lie."

"I want you, but i am confused."

"Confused for what?"

"Will you kiss me again Zessy? i miss your lips."

"Yes, i will."

Malam ini, kamar gue lebih hangat dibanding kemarin. Kami tidur bersama, seperti biasa.

Entah apa yang terjadi sama Sena, gue pada akhirnya gak bisa tidur dan milih untuk terus ngelus rambut dia.

Gak peduli apapun yang terjadi gue harap semua akan berjalan baik-baik aja.

n o t e d

Makasih gengs! 🤟

.
.
.

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang