Commencer 0.8 - LXXV

810 172 17
                                    

Dear Reader.
Gue gak tau lagi kalau yang ini juga eror, berarti emang wattpad yang gak bisa diajak kerjasama wkwk, kzl.

Selamat membaca ;)


.
.
.

"Masak sendiri?"

"Hm?" Gue masih asik ngaduk saus spaghetti, saat Za ngeliat dengan serius, "Kenapa Za?"

"Lo suka masak sendiri?"

"Ahh~ iya, tapi gak sering."

"Gak sering?"

"Kadang gue makan di luar atau kadang sama sekali engga,"

"Gak ada asisten?"

"Enggak."

"Oh,"

"Lo tinggal di hotel mana?"

"Gue?"

"Ya,"

"Boleh gak gue tinggal di sini?"

"Ya, tentu."

"Kalau gitu... gue tinggal di sini."

Gue sedikit tersenyum, Za duduk manis di meja makan memperhatikan kegiatan gue, memasak.

Ya, gue tau apa yang sedang terjadi.

Pertamakalinya sepanjang kami bertemu, kali ini Za sangat kentara dengan maksud dan tujuannya.

Setelah matang kami makan bersama, menghabiskan sisa waktu dalam keheningan.

Beberapa pekerjaan gue tunda.

Za melenggang pergi ke ruang tengah, menyalakan Televisi lalu duduk santai gak bergeming.

"Apartmen Lo nyaman, walaupun sedikit kurang sentuhan."

"Gue suka desainnya,"

"Maybe kalau Lo meminta, gue akan kasih saran mana yang lebih baik."

"Kalau begitu, tunggu gue minta."

"Ya, akan gue tunggu."

"Za..."

"I know Nilkensen, Lo gak mungkin bodoh... begitu aja menerima gue. Bantu gue dan gue bakal penuhi keinginan Lo."

"Seperti Lo tau apa keinginan gue aja,"

"Tentu gue gak tau... maybe salah satunya adalah gue?"

"Lo terlalu percaya diri,"

"Ok kalau gitu, apapun keinginan Lo akan gue penuhi."

"Dan apa yang harus gue bantu?"

"Nilkesen-"

"Lo cukup panggil gue Sena, Nilkensen nama keluarga gue. Sangat gak nyaman."

"Kalau gitu berhenti panggil gue Za, gue cuman implusif bikin panggilan aneh itu."

"Oiya?"

"Gak ada satu pun orang yang gue kenal manggil gue dengan nama itu, hanya Lo."

"Lalu gue harus panggil apa?"

"Sysy atau Sy, paham?"

"Better, Sy."

"Yes, Sena."

"Apa yang harus gue bantu?"

"Tolong cari tahu siapa dalang dari teror kemarin."

"Lalu?"

"Tersangkanya mungkin mati, tapi gue tetep pengen tau apa yang terjadi."

"Andai keinginan gue lebih dari satu, apa Lo tetep sanggup untuk menuhin?"

"Gue adalah orang yang tepat janji, selama Lo gak berkhianat."

"Kalau gitu gue setuju, gue akan bantu."

"Deal. Selama sebulan gue udah nyoba nyari tau, tapi stuck. Mungkin kenalan Lo bisa nemuin titik terang."

"Seharusnya ini gak sulit,"

"Ya, gue harap."

"Jadi detektif dadakan eh?"

Za, ah, maksud gue Sysy tersenyum... dia lalu mengulurkan tangan.

"Apa ini?" Tanya gue memastikan,

"Tanda kalau kita udah sepakat kerjasama?"

"Mm, seperti pembisnis?"

"Memang ini bisniskan?"

"Well, i think yes."

"Kita sama-sama untung, gak mudah buat gue mengumpulkan nyali memenuhi semua keinginan Lo. Belum lagi, orang-orang bilang Lo gila."

"Gila dalam beberapa konteks ya gue setuju, tapi gue sepenuhnya normal."

"Tentu aja, Lo pikir buat apa gue harus buang waktu kalau Lo sakit?"

Ya, dia masuk akal.

"Jadi kapan Lo mau balik ke London?"

"Hari ini,"

"Secepetnya kembali ke Italia, apartment gue akan ramai kalau Lo pergi terlalu lama."

"Ramai temen dating Lo?"

"Siapa lagi?"

"Gue akan kembali secepatnya, tolong ingat gue gak terlalu suka apartmen yang ramai."

"Ya sayang, seperti yang Lo mau."

n o t e d

mohon maaf, gue lagi nugas menugas dan jajaran deadline sedang tidak bisa ditolerir jadi lama publishnya. Makasih sudah menunggu 🤟 Thankyou so much buat yang udah ngisi 🙏

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang