Gue udah balik ke Itali, sejak urusan di London selesai terhitung dari pertunangan Za sebagi kali terkahir gue menginjakan kaki di tanah Inggris.
Pekerjaan seperti biasa menumpuk dan menuntut untuk gue selesaikan, beberapa meeting juga udah gue lakuin.
Hari yang melelahkan untuk ukuran libur beberapa hari yang gue lakukan.
Club malam jadi salah satu destinasi begitu larut menyapa kota ini, beberapa botol beer gue teguk seirama sama asap tembakau. Musik berdentum sangat cepet saat beberapa perempuan terus memaksa bibir gue untuk memenuhi keinginan mereka.
Cukup penat dengan keadaan gue memilih balik dan istirahat.
Hari ini gak ada perempuan menemani, gue dengan segenap jiwa mantap hanya ingin tidur tanpa gangguan.
Keesokan hari gue bekerja, seperti biasa. Kecuali satu pemandangan tabu di kantor.
"Gue lagi gak berselera debat sama Lo." Ucap gue melenggang masuk, menaruh tas.
"Gue cuman berkunjung,"
"Kalau begitu cepat selesaiin piknik dadakan Lo ini, pintu keluar ada di depan."
"Tentu gue tau, santai Sena gue gak akan ngusik Lo."
"Kehadiran Lo bahkan udah mengusik gue."
"Am i?"
"Ya,"
"Padahal gue mau nawarin sesuatu,"
"Ah, tentu Lo kesini dengan maksud. Jadi, apa yang Lo pengen?"
"Inilah kelebihan berbisnis dengan Lo, cekatan."
"Sure, sepupu gue satu ini gak suka menanggung rugi bukan?"
"Ya tentu aja,"
Gue akhirnya duduk di kursi, menyesap kopi hangat pagi ini.
Hubungan gue dengan Juno, kurang lebih memang tidak seperti kebanyakan keluarga besar diluar sana.
Kemarin mungkin kami adu hantam hingga hampir mati, hari ini kami melupakannya dan tersenyum manis, besok mungkin salah satu dari kami akan saling bunuh dengan pisau, entahlah situasi kami tidak bisa gue jelaskan hanya dalam deskripsi pendek.
"Tentang yang Lo cari,"
"Apa?"
"Gue denger Lo terhalang sesuatu,"
"Ah, curi-curi informasi lagi?"
"Selama yang Lo pake dari keluarga, easy buat gue tahu."
"Sure, gue maklumin Lo yang gak ada kerjaan."
"Ada satu orang yang mungkin bisa bantu Lo,"
"Lalu apa yang harus gue beri sebagai bayaran?"
"Simple."
"Ah, as usually right? Lelaki mana lagi sekarang?"
"Sialnya, dia yang dipilih Ayah untuk jadi tunangan Irene."
"Wah, secepat itu ternyata. Lalu Irene?"
"Kapan Irene gak suka dengan cowok kaya dan tampan?"
"Saingan Lo cukup berat kalau begitu,"
"Yah, gue rasa bakal jadi pertarungan sengit."
"Tapi kalau Paman yang terlibat-"
"Gue gak akan nyerah. Orang yang bakal bantu Lo, setimpal untuk menuntaskan rasa penasaran Lo, bukan kah ini penting?"
"I don't think so,"
"Tentu ini penting, Lo adalah orang yang paling menghitung benefit dibanding siapapun."
"Kita saling mengenal baik rupanya,"
"Ya Sena Nilkensen, kita bahkan lahir di Rumah Sakit yang sama. Ah, dia bakal datang sejam dari sekarang Lo bisa diskusi apa pun dengan dia."
"Jaga hal ini dari keluarga Jun, kecuali Lo pengen lihat pernikahan Irene dengan lelaki itu."
"I'll keep this, as long you handle that guy."
"Sure,"
"Ok,"
"Silahkan keluar, sebelum security nyeret Lo."
"Wait, Sena..."
"What?"
"How about Za, dia Lo undang juga ke pesta nanti?"
"Tentu gue undang, tapi dia nolak."
"Bukan kah pesta bakal meriah kalau dia datang?"
"Tepatnya lebih menarik,"
"Dia hanya bertunangan Sena, bukan akhir dari dunia."
"Lo terlalu banyak mengkhayal,"
Begitu gue anggukan kepala, dua petugas keaamanan nyamperin Jun.
"Silahkan keluar," tandas gue tersenyum ramah seperti biasa,
"Damn it,"
n o t e d
makasih buat yang sudah mau berusaha 💖 makasih juga buat yang udah support!
s w i p e - u p
vote and comment yes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenaka
Hayran Kurgu𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙤𝙣 𝙜𝙤𝙞𝙣𝙜 Para pendosa. start; June, 08th 2019 fin; © cafami 2019