"Apalagi?"
"Pesta Lo cukup meriah untuk ukuran pertunangan,"
"Gue gak minta pendapat lo."
"Ya, gue tetep bakal berkomentar."
"Apa selama ini ucapan gue kurang jelas? Tolong pergi dari hidup gue,"
"Sayang, gue gak bisa berjanji kalau Tuhan gak menghendaki."
"Maksud Lo?"
"Pertemuan gue dengan Lo sebagian besar sama sekali bukan keinginan gue, tapi kita tetep aja ketemu."
"Terus gimana sama hari ini? Kehendak Tuhan juga? Klise."
"Tentu atas kehendak Tuhan, tapi dengan tambahan sedikit keinginan gue."
"Terserah,"
"Karena Lo udah berbaik hati gak ngundang gue, nih,"
Nilkensen ngeluarin sesuatu dari jasnya dan ngulurin tangan,
"Apa?"
"Undangan pesta ulang tahun gue,"
"Hah?"
"Gimana? Gue baik hati juga kan?"
"Gue gak akan dateng,"
"Gue tunggu kehadiran Lo, jangan lupa bawa Zayn."
Bruk!
Gue udah cukup jengah sama Nilkensen, kenapa dia suka memperkeruh keadaan sih?
Tanpa sadar gue dorong dada dia, iya gue tau dia cowok sehat yang bahkan gak beranjak sedikit pun karena pukulan gue.
"Jangan usik keluar gue,"
"Gue cuman mau kenal Zayn,"
Keadaan seketika hening, wajah jenaka Nilkensen terganti ekspresi seriusnya.
Gue diem, sampai,
"Please gue cape, gue gak mau ikut permainan Lo."
Kami kembali sunyi,
"Mau bersandar? Dada gue cukup bidang dan hangat, Lo boleh nangis kalau Lo mau. Gue udah terbiasa,"
Eh?
Bahkan dikeadaan serius pun dia masih bisa tetep tersenyum semanis itu?
"Kenapa sih Lo gak gangguin cewek lain aja, kenapa gue?"
"Lo salah, gue gak berniat ganggu Lo, ngusik Lo atau permainin Lo."
"Terus apa?"
"Gue cuman sulit berhenti."
"Berhenti dari apa?"
"Sesuatu yang mungkin Lo gak akan ngerti."
Siapa sebenernya Nilkensen?
"Gimana? Tawaran dari gue masih berlaku,"
"Tawaran?"
"Comehere, maybe you need my arm or wanna hug me?"
n o t e d
Pelukan gak nih?
s w i p e - u p
vote and comment yes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenaka
Fanfiction𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙤𝙣 𝙜𝙤𝙞𝙣𝙜 Para pendosa. start; June, 08th 2019 fin; © cafami 2019