Sviðinu 1.0 - C

730 138 19
                                    

"Udah selesai obrolan sorenya?" kata gue, menuruni tangga berjalan tanpa menengok mereka ke arah dapur. "Gue gak lagi menerima tamu," setelah itu air putih dituangkan dan gue teguk.

"Bad day Sena?" tanya Irene, sampai di tahap ini gue sangat peka bagaimana sepupu tersayang gue sangat mudah merubah situasi, "Boleh aku pinjam Zessy untuk Spa?"

Gue hanya mengangguk seraya menunjuk Sy, sedangkan objek pembicaraan kami diam.

"Tanya langsung sama dia, aku mau lanjut kerja."

"Berhenti kerja di hari Minggu Sena, Lo gak akan kehilangan uang hanya karena libur sehari."

"Gue memang tipe pekerja keras Karda, orang kaya gak dapat uangnya dengan cuma-cuma."

"Oh come on, semua orang tau seberapa banyak kekayaan keluarga Lo."

"Tentu harus gue pertahankan, agar Lo tetap ada dibawah urutan keluarga gue."

"Bloody hell, kayaknya gue harus bawa Juno supaya Lo lebih leluasa buat bikin perang dunia ketiga."

"Gue lebih suka lihat kalian berantem, baku hantam akan menarik, bukan kah udah lama kita gak berkunjung ke rumah sakit?"

"Rene!"

"Rene,"

"Bercanda. O, gimana Zessy mau kan ikut sama gue? Percaya deh, ngehadapin pernikahan bikin mood Lo naik turun."

"Ok, lagian di sini juga gue gak ngapa-ngapain."

"Ayo kalau gitu kita berangkat, bye boys!"

Dari tempat gue berdiri, gue hanya diam memperhatikan Sy yang naik lalu turun kembali dengan tas dan jaketnya. Dia kemudian keluar tanpa pamit dan berakhir dengan sedikit rasa kesal dalam hati gue.

Karda masih mengambil posisi santai di sofa, gue berencana mengusir dia tapi niat gue terhalang dengan panggilan masuk. Begitu sebuah nomor gue lihat, atmosfir berubah serius dan gue bergegas ke ruang kerja.

"Ada apa, Sena?"

Pertanyaan itu hanya berlalu ditelinga tanpa terjawab, meski kemudian Karda mengikuti langkah kaki.

"Detektif,"

"Detektif? Kasus Zessy maksud Lo?"

"Ya,"

Setelah menemukan another phone gue segera melakukan panggilan kembali, ini kasus yang cukup besar tentu gue menghindari segala macam bentuk peretasan.

Kami mengobrol untuk mengatur pertemuan langsung di apartment gue, selain sistem keamanan yang terjamin gue gak mau ada orang lain yang sampai tahu hasil penyelidikan. Beberapa menit kemudian, gue mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan detektif.

"Kasus ini ada titik terang?"

"Harusnya, menurut Lo untuk apa mereka ngehubungi gue kalau gak nemu apapun?"

"Semoga gak mengecewakan,"

Kami berhenti berdebat, seirama dengan kedatangan detektif Steve, tentu ini bukan nama aslinya.

Saat ini semua serba modern, dibanding menenteng tas dengan berbagai file, Steve memilih untuk memberikan langsung sebuah flashdisk berukuran mini yang kemudian beberapa file gue lihat dan sisanya diprint.

"Ini kasus yang cukup sulit, maaf jika waktu yang kami habiskan sangat banyak." Ucap Steve, dia adalah detektif dari perusahaan swasta, meski gue meminjam jasanya dalam proses penyeledikan kasus gue yakin dia tetap menerima bantuan, that's why he said us. "Kasus ini bias karena beberapa barang bukti terkecoh dengan benda yang nyaris saya kira berhubungan,"

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang