ûnthâld 1.1 - CV

705 129 13
                                    

Gak terasa hari berlalu, meski gue gak sepenuhnya melupakan apa yang terjadi di restoran.

London masih menyelimuti gue dengan aktivitas rumahan dan segenap persiapan pernikahan.

"Bunda pulang jam berapa?"

"Mungkin jam 2 sayang,"

"Boleh aku titip sesuatu?"

"Boleh sayang, kamu mau apa?"

"Aku pengen coklat Bunda, dari toko langganan keluarga kita."

"Oke sayang, Bunda sama Ayah pergi ya."

"Hati-hati kalian, i love you."

"Love you too, darling."

Gue nganterin ayah sama bunda sampai pintu, sementara Zayn udah berangkat ke Tokyo bareng Krystal dan gue milih buat menetap di rumah.

Sebenernya mungkin keperluan orang tua gue lebih tepat disebut lunch date, Ayah yang berinisiatif untuk pergi makan di luar karena kondisi Bunda yang justru cukup stress mikirin pernikahan gue. Mungkin ngelepas anak pertama untuk berkeluarga memang jadi hal yang kadang kala bikin khawatir meskipun seneng juga sedih.

Chan bilang mau ke rumah buat nemenin gue nonton, tapi Wendy absen dia ada kerjaan.

Gue gak ngerti kenapa orang sebodo amat Kai sampai gak suka sama Wendy, padahal dulu mereka pacaran. Kalau pun karena Wendy selingkuh sama Chan, Krystal bahkan bisa ngelakuin hal lebih menyakitkan dari itu, apa sampai saat ini Kai gak tau habbit Krystal? Apa mereka bakal baik-baik aja kalau Krystal gak berubah? Gue harap kebencian Kai sama Wendy memudar dan hubungan sepupu gue akan happy ending.

Jam berdenting, gue naik ke atas masuk kamar selagi nunggu kabar Chan.

Tapi,

Baru satu jam berlalu, smartphone gue berdering.

"Halo?"

"Sayang, kamu bisa bantu Ayah?"

"Ya, tentu, ada apa Yah?"

"Tiket reservasi kami ketinggalan di rumah, ada di ruang kerja Ayah, di laci pertama. Kamu bisa antar tiket itu ke sini sayang?"

"Ya, Ayah, Zessy siap-siap dulu. Begitu sampai, nanti dikabari."

"Thankyou darling."

"Yes sir."

Setelah dapet tiket yang dicari gue meluncur, segera nyusul Ayah dan Bunda.

Jujur aja sih, ceroboh bukan sifat Ayah karena beliau orangnya super teliti makanya gue sempet kaget waktu dia ketinggalan barang, apalagi sepenting ini.

Sesampainya di rooftop Hotel, gue nyari Ayah dan Bunda di restoran tapi sama sekali gak terlihat.

Sambungan telpon gue lakuin,

"Halo?"

"Zes, kamu dimana?"

"Aku di luar restoran Yah, Ayah dimana?"

"Oh, kamu gak baca pesan dari Ayah sayang?"

"Ayah ngirim pesan? Enggak ayah, belum aku cek."

"Sini, coba kamu masuk ke dalam restoran."

"Loh, kok bisa?"

"Nanti Ayah cerita, masuk sini sayang."

"Oke Yah,"

Setelah komfir dengan pelayan, gue masuk restoran dan bener aja ada orang tua gue di meja deket jendela dan mereka kayak baru beres makan.

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang