Seil 0.3 - XXIV

922 172 17
                                    

Kita semua matung.

Gue gak bisa berhenti ngedip, sampe...

"Gue ngalah, gue gak jago ngedrama." Gue pun nyamperin mereka dan ngeretangkan badan di sofa, natap langit-langit.

Chan sama Wendy pun ketawa, persisnya ngetawain gue.

"Reaksi gue udah persis kayak tukang tikung?" Kata Wendy langsung ikut rebahan samping gue.

"Persis banget, padahal wajah Lo polos tapi otak Lo kotor."

"Habis gue terlalu seneng waktu denger Chan udah nyampe London,"

Chan lagi benerin kancing bajunya sambil duduk, dia terus ngeliatin gue kayak nunggu sesuatu buat gue jelasin.

"Bunda ngajak kalian makan malam."

Iya iya gue ngerti kok apa maksud Lo Chan.

"Serius Sy?"

"Iyah, serius gue."

"Kita datang barengan aja apa gimana?"

"Yaudah barengan aja, tapi inget jangan macem-macem Lo pada di rumah gue. Kalau Ayah-Bunda tau bisa berabe."

"Siap bos! Lo mau gue bikinin apa?"

"Lemon squash Chan as usually."

"Oke gue bikinin dulu kalau gitu,"

"Aku juga ya Chan, samain."

"Oke sayang."

Begitulah, cerita kita bertiga.

Anomali.

Iyah, ketika gue diselingkuhin tapi gue menerima kalau gue diselingkuhin. Gue gak merasa keberatan.

.
.
.

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang