"Sy,"
"Ya?"
"May i?"
"Sure,"
Sena dan gue pada akhirnya meninggalkan lapangan golf, kami saling bergandengan setelah dia lebih dulu meminta izin.
Selama di mobil gue gak banyak bicara, hanya menikmati pemandangan yang terpampang, Sena pun gak jauh berbeda kecuali untuk fokusnya saat menyetir.
Dering telpon jadi atensi kami, smartphone Sena menampilkan pesan, meski gak dibaca dengan jelas tapi sepintas gue tahu.
"Gak kamu bales?"
"Aku lagi mengemudi,"
"Mau aku bales?"
"Gak usah,"
Gue mengangguk, berhenti mencampuri yang bukan menjadi urusan.
Hampir setengah jam berlalu, kami sampai di salah satu restoran rekomendasi Sena. Ada makanan khas Italia hingga beberapa dessert yang cukup lama gue cari, sedikit mengobati perasaan aneh gue hari ini.
Sena ngangkat telpon dari, entah siapa, lalu pergi ninggalin gue di meja makan. Apa mungkin seseorang yang Irene sebut namanya tadi? Entah kenapa, gue jadi cukup penasaran.
Sekembalinya Sena, gue memilih diam dan gak memulai percakapan apa pun, yang gue lakukan hanya memperhatikan dia. Atmosfir kembali dalam hening karena kami sama-sama menikmati santapan.
"Sena,"
"Ya,"
"Apa selama kamu menjalani kehidupan ini, kamu punya orang istimewa?"
"Ada,"
"Perempuan?"
"Ya,"
"Ah,"
"Dia ibu ku,"
Gue harus jawab apa? Ketika Sena menjawab pertanyaan tersebut dengan lancarnya.
"Ohh iya,"
"Um, mungkin satu orang lagi."
"Ada lagi?"
"Ya,"
"Ah,"
Pernyataan Sena diakhiri dengan diam, dia melanjutkan makan sementara gue nyaris mati penasaran.
"Sy, sebentar ada telpon masuk."
"Iya,"
Sena kembali pergi keluar dan gue memilih pergi ke toilet untuk... entahlah, mungkin membasuh wajah?
Di bilik gue duduk, menutup pintu dan hanya diam. Apa yang lagi gue lakuin? Kenapa semenjak percakapan dengan Irene tadi siang, gue merasa haus untuk tahu tentang Sena? Apa yang sebenernya terjadi?
Gue menunduk, mencak frustasi rambut.
Wake up Zessy! what's wrong with you!
"Fire!"
"Fireeeee!"
Hah?
Segera gue berusaha keluar dari toilet, tapi... Kok mendadak pintu macet dan gak bisa gue buka. Wait, ini ada apa?
Gue gedor pintu berkali-kali tetep nihil, gak kebuka.
Astaga, apa gue lagi di jebak?
n o t e
Dicerita ini siapa yang kalian pilih? Seulgi atau Sehun? Kenapa?
Gue udah baca komentar kalian, bener sih gue pun bertahan dengan jenaka karena dia unik dan memang cukup baru bagi gue terlepas mungkin banyak cerita serupa jenaka tetap original.
Makasih buat segala harapan yang kalian punya untuk Jenaka, semoga semua yang terbaik bisa jadi nyata ✨
.
.
.s w i p e - u p
vote and comment yes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenaka
Fanfiction𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙤𝙣 𝙜𝙤𝙞𝙣𝙜 Para pendosa. start; June, 08th 2019 fin; © cafami 2019