Seil 0.3 - XXX

972 198 16
                                    

Semua gelap.

Perasaan gue campur aduk, badan gue mati rasa. Gue buka mata dan ngedapatin masih berada di tempat yang sama saat gue berdiri tadi. Bedanya, gue duduk dengan gemeter sekarang.

Dihadapan gue, dua mobil rusak parah. Satu diantaranya berada sekitar 30 centimeter.

Dari balik kaca gue lihat, Nilkensen masih megang stir dengan sedikit darah ngalir di kepala.

Bruk.

Dia turun nyamperin gue.

Gue ngelihat kesekeliling dan semua kacau.

Orang-orang mulai berdatangan ngelihat kondisi gue dan nyelamatin pengemudi mobil hitam yang gak sadarkan diri.

Nilkensen jongkok dihadapan gue.

"Trully player. Permainan Lo menyenangkan, selamat Lo berhasil ngehibur gue."

"Lo gila?!"

"Gue? Ya, maybe. Kita selesein basa-basi ini. Jadi, sebenernya apa mau Lo?"

"Gue cuman mau tau sesuatu."

"Sesuatu? Hm, of course we talk about something big, right?"

Gue ngeliat Nilkensen, tepat di mata dia.

"Ya dan gue udah dapet jawabannya."

"Jawaban yang sepadan sama nyawa Lo, biar gue tebak, pasti ada hubungannya dengan teror meneror itu, betul?"

"Lo bukan pelakunya."

"Tentu sayang, bukan gue orang yang neror Lo karena selain buang waktu Lo itu gak penting. See? I said don't feeling special, remember?"

"Ohh, kalau gitu berarti Lo juga bisa jelasin, kenapa Lo nyelamatin gue? Bahkan sampai kepala Lo berdarah."

"Sstt. Lo gak punya hak buat nanya, sayang."

"Lo terlalu mudah ditebak, Nilkensen."

"Oiya? Kita lihat nanti kalau begitu."

"Ck!"

"Gue tunggu kejutan lain dari Lo, lebih gila lebih menarik."

"Sure, seperti yang Lo mau."

Badan gue masih gemeter sementara gue lihat Nilkensen pergi ngejauh dan ambulance mulai datang.

Setibanya di Rumah Sakit Bunda histeris, Ayah sampai nangis dan untuk pertama kalinya gue diem seribu bahasa.

Siang itu, Nilkensen tau gue gak akan mundur selangkah pun. Dia yang awalnya senyum sinis justru naik kemudi dan sengaja nabrakin mobilnya dengan mobil hitam. Gue selamat, semua orang selamat meskipun tetep ada luka dan mobil mereka rusak parah.

Gue gak pernah nyangka, ketika dia justru nyelamatin gue dengan senekat itu. Padahal dia bisa mati.

Tapi gue berhasil ngebuktiin sesuatu, kalau bukan dia orang yang selama ini neror gue. Dia bahkan gak ngebiarin gue mati, gak mungkin dia minta orang lain buat lakuin hal yang sama.

Jadi, sebenernya orang macem apa Nilkensen itu?

n o t e d

Selama beberapa hari kedepan atau mungkin maksimal seminggu gue gak akan update dulu ya. Soalnya kan jam Jenaka malam, takutnya kalian nungguin gue jadi gak enak. Ada hal yang harus gue urus dulu dan gak memungkinkan update. Terimkasih buat semua dukungan kalian, kayaknya Jenaka cukup diminati. Sambil mengisi kekosongan kalian bisa baca ulang  atau jawab di komen, sampai sini gimana Jenaka menurut kalian? Wkwk bye semua 🤟

.
.
.

fin
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang