Scappare 0.7 - LXIX

762 159 27
                                    

Badan gue membeku.

Apa yang harus gue lakuin?

Kaki gue terasa sulit untuk digerakkan, sementara... dia semakin mendekat dengan pisau berlumuran darah.

Gue gak sempat memperhatikan keadaan, demi Tuhan gue takut.

"Run! Now!"

Brug.

Jantung gue udah berdegup gak karuan, cewek itu megang kaki dia, sangat erat.

Cukup untuk menghalau dia semakin mendekat.

Gue, entah punya kekuatan dari mana tiba-tiba bisa berdiri dan segera lari.

Air mata udah gak terbendung, gue lari ke hutan dan berharap bisa sembunyi sampai pihak berwajib datang atau seengaknya seseorang yang bisa menolong kami semua.

Nafas gue semakin dan terus tersengal, gue gak akan berhenti berlari.

Hah.

Hah.

Bruk.

Hah.

Ranting pohon atau akar, sesekali bikin gue terjatuh. Gue kembali berdiri dan terus nyoba buat lari.

"Ya Tuhan... selamatkan Chan, aku mohon."

Ada sebuah pohon besar, entah udah berapa jauh gue berlari. Tapi, sejak tadi gue pun gak ngeliat sosok itu.

Seorang lelaki, dia gak begitu tinggi badannya pun gak kurus atau berisi, gue gak tau gimana wajahnya karena dia tutup pake masker dan topi. Sorot matanya tajam, gue gak pernah nemuin tatapan kayak gitu sebelumnya.

Siapa dia?

Semua barang gue tertinggal di mobil kecuali Hp.

Gue berusaha tenang dan ngehubungi kantor polisi, cukup lama mereka ngangkat, gue tungguin dengan was-was tapi jaringan cukup jarang.

Apa yang harus gue lakuin?

Maybe?

to : Nilkensen
Message ; Sena, please help me. Ada dua orang di jalan arah pulang Portmeirion ke London, mereka terluka dan butuh bantuan medis. Gue ada di hutan di samping jalan tersebut, tolong hubungi polisi, seorang pembunuh lagi ngincer gue.

Send.

Gue kirim pesan teks ke Krystal juga, gue harap mereka segera baca.

Jaringan semakin hilang dengan kian bertambahnya malam.

Gak ada tanda-tanda kehidupan atau desa dan sumber keramaian lain.

Apa yang harus gue lakuin?

Diantara kaki yang tertekuk gue tertunduk sangat takut dan bingung dengan keadaan.

Srek

Mata gue seketika membulat sempurna, gue ngedenger suara daun diinjak.

Pelan-pelan gue coba berdiri dan ngelihat sekitar, gelap pandangan gue cukup terganggu.

"Halo,"

Eh?

Seseorang menepuk pundak gue dari belakang, sekujur tubuh membeku dan terasa dingin. Gue berbalik dengan pasrah.

Dia... adalah lelaki itu.

Gue terkejut sampe terbata-bata,

"Who, who, who are you?"

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang