ûnthâld 1.1 - CVI

1.6K 173 65
                                    

Gue gak tau apa bisnis yang Sena kerjain sampai dia harus stay di London, entah perluasan pasar atau kerjasama dengan perusahaan lokal yang jelas gue cukup senang dengan kepulangan dia yang kata Kai mungkin masih agak lama.

Sejak tadi gue hanya diem di kasur, gak tiduran, tepatnya gue masih duduk mikirin sesuatu yang cukup mengganjal.

Perasaan gue campur aduk saat ini, meski lebih didominasi bingung.

Di restoran banyak hal yang gue dan Sena bahas, itu udah termasuk dengan percakapan Ayah dan Bunda. Tapi, tentang Sena yang lagi nyiapin pernikahan? Apa dia udah setuju untuk nikah sama Wendy?

Lalu, selanjutnya apa?

Gak mungkin gue terang-terangan minta Wendy nikah sama Sena, jelas Wendy akan nolak. Harus ada skenario dan mungkin sedikit drama... hanya aja gue masih mempertimbangkan karena gue  ngerasa lagi bersiasat dan ngelakuin hal jahat, atau gue serahin sama Sena dan biarin dia yang membuka jalan?

Pernikahan gue dengan Chan, mungkin gak akan pernah nemuin kata cerai tapi gue gak keberatan dengan keberadaan Wendy sampai kapan pun itu dan gue butuh Sena untuk membuat jalan mereka tetap aman, cuman gimana kalau semua gak berjalan sesuai rencana?

Gimana kalau akhirnya gue sama Chan justru punya ahli waris? Atau Sena justru jatuh cinta sama Wendy? Karena gue tau, Chan dan Wendy gak akan mungkin saling berkhianat.

Gue gak mempersiapkan diri dengan kemungkinan terburuk karena tadinya gue pikir Sena akan nolak ide gila ini.

Deug.

Sesuatu membuyarkan pikiran gue, bel rumah berbunyi sementara orang tua gue belum di rumah, siapa orang yang mau bertamu di jam segini?

Gue turun dan ngebuka pintu,

"Hai Sy,"

Sementara senyuman di hadapan gue jadi penanda gue sangat terkejut dengan kehadiran lelaki ini.

"Lo tau rumah gue?"

"Gue tau semua tentang Lo, ya, hampir mungkin."

"Gue harus sewa perusahaan baru,"

"Untuk menutupi semua data tentang keluarga Lo?"

"Ya, untuk orang asing yang mencoba tahu tentang kami."

"Tapi gue bukan orang asing,"

"Tentu bukan,"

"Jadi apa Lo masih keberatan gue tau rumah Lo?"

"Karena kita bukan orang asing, mungkin Lo harus terbiasa nanya."

"Lo mau jawab?"

"Lo masih bantuin gue lewat detektif kan?"

"Tentu,"

"Kalau begitu gue akan jawab pertanyaan Lo, apapun itu selama jadi keinginan Lo."

"Boleh gue masuk?"

"Silahkan,"

"Ini buat Lo,"

"Gue?"

"Dan ini buat orang tua Lo, gue harap bisa ngasih langsung ke mereka."

"Mereka masih di luar,"

"Gue gak keberatan untuk nunggu,"

"Ya, silahkan, selama yang Lo mau."

Gue dapat buket bunga cantik, sementara di tangan lainnya ada botol wine tahun 1938. Setelah ngambil vas, gue isi air di dalamnya, lalu bunga pun gue taruh. Sena, entah dia lagi ngapain, ada di ruang tamu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang