Commencer 0.8 - LXXI

735 159 11
                                    

point de vu
             - sena

Pintu masih tertutup saat gue melihat Za melalui sela kaca. Dia terlelap dengan sekelumit alat yang gak gue mengerti dan cukup rumit untuk dijelaskan.

Apa yang terjadi di Portmeirion menyita perhatian publik, bagaimana bisa seorang psikopat berkeliaran dan nyaris membunuh jiwa-jiwa yang gak berdosa.

Gue sedang di Italia saat kejadian tersebut berhasil menghentikan semua aktifitas dan segera terbang ke Inggris. Tapi semua terlambat, tujuan gue berubah jadi rumah sakit saat gue dengar Za jatuh pingsan, Juanpa kritis dan psikopat itu mati.

Seorang perempuan yang jadi saksi hidup atas kejadian itu, menghilang, gak ada yang tahu apakah dia selamat atau justru berkahir jadi korban tindakan keji.

Semua orang berduka, semua orang bersedih.

Termasuk gue.

"Anda siapa?" tanya seorang wanita dewasa, dia terlihat cukup tua dengan keriput halus di wajahnya. "Apa yang sedang anda lakukan disini? Mau menganggu putri saya? Hah?"

Ah, rupanya beliau ibunda Za. Sosok yang selama ini jadi cerita pilu akan kehidupan keluarganya yang ironis.

"Saya Sena Nilkensen, teman putri anda Nyoya."

"Bagaimana bisa saya percaya?"

"Saya adalah salah satu orang yang dikirimi pesan oleh putri anda," Lanjut gue mencoba untuk meyakinkan, "ini,"

Gue sodorkan HP dan beliau melihat isi pesan teks tersebut.

"Saya akan pergi ke kantor polisi sebagai saksi, tapi... saya ingin melihat kondisi Zessy terlebih dulu. Sudah beberapa hari ini, saya tidak melihat perkembangan berarti."

Ibu Zessy mulai menangis, walau dia coba untuk menutupinya.

"Zessy anak yang kuat dia akan kembali siuman, silahkan anda selesaikan urusan anda. Terimakasih sudah berkunjung."

Ya, gue diusir.

Sangat logis untuk ukuran orang yang baru terkena musibah seperti ini kemudian mencurigai orang asing seperti gue.

Meskipun gue bilang gue adalah temen Za bahkan sudah bertemu hampir sepuluh tahun lalu, kenyataanya gue tetap pernah hilang bahkan menjadi pelaku tragedi kelam dalam sejarah keluarga mereka. Sudah sewajarnya yang gue terima adalah penolakan dan hal seperti ini.

Meski gue gak rela, gue tetap melangkah pergi menghindari keributan.

Lagi pula, urusan dengan polisi harus segera diselesaikan dan gue akan kembali lagi untuk Za.

n o t e d

Pasti kalian penasaran kenapa sih Nilkensen gak muncul sama sekali di chapter sebelumnya? karena ini bukan Uncertainty atau Alfetic Tone wkwk

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang