Deirfiúr 0.5 - XLVII

721 174 9
                                    

Besok hari pertunangan gue, gak kerasa.

Keluarga di rumah lebih sibuk dari biasanya, enggak sibuk banget cuman ya berbeda aja dari rutinitas.

Chan sempet datang juga mastiin semua berjalan lancar, bareng sama EO.

Mungkin disini gue yang paling santai, meskipun hati gue rasanya tetep gak karuan.

Tadi siang gue sempet ke temu Wendy cuman berdua, dia nangis dan gue ngerasa bersalah meskipun dia bilang gue baik-baik aja. Orang dungu mana yang percaya coba? Sekali liat aja udah bikin khawatir.

Gue emang jahat banget, pelakor paling gak tau diri dimuka bumi ini, sahabat gue sendiri tega gue tumbalin ya Tuhan. Tapi... Gue gak punya pilihan, semua udah terlanjur.

Sepulang dari kafe gue diem di kamar lebih lama, obrolan gue sama Wendy rasanya terus aja muter di otak.

Tok

Tok

"Masuk."

Lamunan gue selesai begitu,

"Lagi ngapain?"

Chan datang dari pintu dengan mata berbinarnya, as always.

"Enggak ngapa-ngapain."

"Kepikiran acara besok?"

"Sedikit."

"Semua aman kok."

"Chan, kita beneran bakal nikah ya?"

"Ya, seperti yang Lo mau."

"Tapi Wendy?"

"Gue juga bakal nikahin dia."

"Kapan?"

"Lo ngizinin gue punya istri dua kan?"

"Ya, silahkan."

"Done kalau begitu."

"Atau kita cerai dulu aja? Biar Wendy gak lagi keganggu sama gue?"

"Ide bagus, kita lihat aja kedepannya gimana."

"Gue gak tega jadiin dia seolah selingkuhan Lo."

"Lo gak usah peduliin pendapat orang, kita gak makan dari hasil jerih payah orang lain. Ok?"

"Iya Chan."

"Berhubung gue pilot, kita bulan madunya di pesawat aja ya."

"Lo pikir gue barang? Taro bagasi kelar."

"Oh bukan ya?"

"Bodo amat."

"Nah gitu dong ngambek, aneh gue liat Lo melow."

"Gue sendiri juga aneh."

"Lo gak usah khawatirin Wendy, biar dia jadi urusan gue."

Tangan Chan megang erat tangan gue, dia bener-bener nyoba untuk ngeyakinin. Terharu.

"Tadi Wendy nangis..."

"Serius?"

"I, iyah. Gimana kalau malam ini Lo pulang temenin dia, you know better siapa yang butuh genggaman Lo."

"Sorry ya Sy,"

"I am ok."

"Sekarang Lo istirahat aja, acara besok pasti lancar. Gue balik ya."

"Mm, titip maaf gue buat Wendy."

"Pasti,"

Senyum teduh yang selalu gue lihat sejak dulu, gak pernah bosen Chan kasih bahkan saat tangan besar dia nangkup pipi gue, how lucky Wendy.

Dalam pandangan gue Chan udah gak ada, keheningan lagi-lagi nyelimutin.

Hah, jadi... kapan semua ini bakal selesai?

n o t e d

Menurut kalian cerita setipe WenYeolSeul disini ada gak sih di kehidupan nyata? Pernah nemuin?

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang