Kino 0.4 - XXXI

935 194 17
                                    

poin de vu
          - Sena.

Gue bangun dan ngedapatin kasur kosong. Sekali lagi gue coba pastiin dan sekarang gue sadar, disini gue sendirian.

Mata gue mengerjap, nyari seberkas cahaya. Ketika gue nyapu pandangan ke seluruh ruangan, perempuan itu udah gak ada disini.

Gue kumpulin nyawa untuk sekedar menerima kenyataan, akhirnya hanya satu hal yang tersisa. Gue telanjang tanpa sehelai kain.

Apa yang terjadi tadi malam jelas bukan mimpi disiang bolong. Gue masih inget, harum tubuhnya, lembut kulitnya, bahkan dia yang terlihat paling bersinar dalam temaram.

"Za? Are you there? Za?"

Di kamar mandi pun bahkan gak nampak batang hidungnya.

Ck.

Ketika gue selalu ninggalin partner semalam begitu aja, sekarang gue kena karma.

Gak pernah ada satu gadis pun yang bikin gue ngerasa kehilangan harga diri sedalam ini, Za Lo ada dimana?

Deug

Gue bangun dengan dentuman jantung serupa mereka yang udah olahraga berjam-jam lamanya.

Lagi-lagi mimpi buruk.

Glek

Malam panjang kembali ngundang insomnia, seperti biasa.

Za ngisi benak gue, setelah sepuluh tahun berlalu yang selalu gue lakukan adalah penyangkalan tapi sungguh gue memang gak mau mengakui.

Semakin lama gue pikirin, semakin Za ngehantuin. Sex bukan hal istimewa buat gue, termasuk perempuan dan segala hal tentang mereka. Tapi, Za... apa yang udah dia perbuat sama sekali gak bisa gue lupakan secara utuh.

Kepingan masa itu, sesekali mudah buat gue ingat.

Bohong kalau gue bilang, gue sama sekali gak pernah nyari dia. Satu fakta yang gue sembunyikan dari semua orang, setidaknya selama beberapa bulan gue sempet nyari dimana keberadaan Za.

Wajah polos dia, ya, meskipun cukup arogan dan cantik tapi tetep gak bisa mendeskripsikan kalau dia seorang anak nakal kayak gue. Za bukan orang Jakarta, dia bukan anak club, kami seumuran dan dia udah gak lagi tinggal di Indonesia itulah yang gue ketahui sampe akhirnya gue menyerah.

Semua sia-sia, apa yang gue lakukan hanya buang waktu semata.

Gue kembali memulai hidup, memperbaiki apa yang seharusnya. Pertentangan dengan Papih juga jadi alasan lain ketika perubahan besar terjadi dalam hidup gue.

"Honey are you ok?"

"Ya."

Malam ini untuk pertama kalinya gue bawa lagi perempuan ke apartemen, seminggu pasca gue lihat Za mau bunuh diri gue gak pernah nyentuh perempuan mana pun.

Jangan tanya kenapa.

Disamping itu, mungkin karena gue kelelahan setelah aktifitas panjang dengan perempuan Austria ini, gue sampe ketiduran dan lupa pindah kamar.

"I've got something to do. Thankyou for tonight."

Gue cium bibirnya sebelum pergi ninggalin kamar. Seperti biasa drama penolakan dan permintaan agar gue tetep stay memakan waktu sampe akhirnya gue tiba di kamar pribadi dan merebahkan diri.

Za, gimana sebenernya cara otak dia bekerja? Unik dan menghibur.

n o t e d

Kangen tidak? Kangen tidak? Kangen tidak? Kangen dong :)

.
.
.

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang