Commencer 0.8 - LXXVII

814 170 15
                                    

Jam kantor baru aja selesai saat atmosfir penuh kecanggungan dan keanehan pecah di lobby utama perusahaan.

Gue hendak pergi menaiki mobil untuk sampai ke apartemen, sehubungan dengan jadwal kencan, tetapi sepertinya terpaksa harus gue cancel begitu senyuman manis Sy bertengger lugas menyambut kehadiran gue.

"Kejutan,"

"Kejutan?"

"Lo pasti gak nyangka gue bakal dateng kesini kan?"

"Ya... sedikit."

"Berati gue berhasil kalau gitu,"

"Belum sepenuhnya,"

"Oke, so Mr. Sena, tell me your first wish karena mulai hari ini gue bakal penuhi semua keinginan Lo."

Gue diam gak bergeming, mungkin karena ini hal tabu i mean biasanya hanya perempuan berbaju minim dengan belahan dada terbuka yang datang ke kantor dan berbincang dengan gue atau menggandeng mesra, tipikal kasual semacam Sy buat orang-orang mulai tertarik memperhatikan dia dengan seksama.

"Entah lah gue gak yakin sama keinginan gue untuk sekarang,"

"How about dinner? Lo mau gue masak sesuatu untuk Lo?"

"Memang perjalanan Inggris-Italia gak bikin Lo cape?"

"Tentu gue cape, tapi gue udah berjanji."

"Jadi dimana semua barang-barang Lo?"

"Sebagian ada di hotel, sebagian lagi gue berencana beli disini. Kapan gue bisa pindah ke apartment Lo?"

"Hari ini juga bisa,"

"Inget ya Sena, selama ada gue apartmen Lo harus clear dari cewek mana pun."

"Gue gak janji,"

"What?"

"Karena mereka bisa ngasih apa yang gue butuh, sementara Lo enggak."

"Tenang gue gak akan nyerah, kalau gitu gue akan pergi ke hotel setiap Lo nerima tamu perempuan."

"Atau Lo bisa jadi pengganti mereka tanpa perlu pergi ke hotel?"

"Lo gak ngelakuin hal itu dua kali dengan orang yang sama,"

"Jawabannya adalah gue hanya bercanda, Lo terlalu serius."

"Shit."

"Ayo naik, gue punya restoran rekomen di sini. Lo harus coba."

Wajah Sy merah padam, kayaknya dia malu meski gue hanya menikmati dalam diam.

Kami berjalan ke luar lobby sampai mobil datang dan segera bergegas.

"Jadi selama disini apa aja yang bakal Lo lakuin?"

"Nemuin orang yang neror gue,"

"Maksud gue, aktifitas Lo."

"Entahlah, gue pengangguran. Gue bisa nunggu Lo pulang kerja, nyiapin makanan dan jadi temen ngobrol buat Lo."

"Gak ada bedanya dengan pembantu kalau gitu,"

"Jelas gue gak nyuci baju Lo atau bersih-bersih rumah."

"Lo bakal bosen,"

"Gue bisa telpon Lo,"

"Gue orang sibuk,"

"Lo tetep punya waktu buat gue, i know that."

"Kayaknya kita harus mulai ngerencanain aktivitas Lo selama di Italia."

"Jangan terlalu peduliin gue,"

"Sayangnya Lo udah masuk kedalam hidup gue."

"Ya kalau begitu terserah Lo,"

"Peraturan nomor satu, jangan pernah ngebantah gue dan akan selalu berlaku selama Lo di Italia saat bersama gue."

"Dengan senang hati,"

Sy...

Perubahannya cukup sulit gue atasi, wajah angkuh itu hilang berganti kesan peduli gak peduli dengan pandangan lurus. Ya, dia sekarang gak mendebat, maka bisa gue simpulkan Sy saat ini sangat serius dengan tujuannya.

Dewi Fortuna sungguh berbelas kasih sama gue.

n o t e d

Halo para reader! Gue akhirnya balik. Terimakasih atas pengertian kalian 🙏

Jadi, gue adalah mahasiswa semester akhir dengan setumpuk tugas deadline berhimpit dan pada sulit. Sejak pertengahan September setiap hari gue selalu ngerjain tugas dan gak mungkin enggak. Pada akhirnya gue milih untuk mengesampingkan nulis terlebih dahulu.

Well, makasih buat support Jenaka and keep reading guys!

s w i p e - u p
vote and comment yash!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang