Vien 0.9 - LXXXI

748 152 14
                                    

poin de vu
- Zessy

Italia dan Inggris jelas berbeda, meski mereka masih benua yang sama. Gue baru dapat panggilan telpon dari Zayn, katanya kangen, padahal anak itu kalau di rumah cuek aja sama gue. Setelah di pikir-pikir entah semenjak gue sering keluar negeri buat urusan kerja atau memang mulai terbiasa sama negeri orang gue jadi gak ngerasa homesick, meskipun tinggal disini juga gak bisa dibilang nyaman.

Sejak beberapa tahun lalu gue adalah wanita karir super sibuk, tapi belakangan ini gue yang pengangguran jadi seringkali bosen, gak terkecuali saat harus nunggu Sena pulang kerja.

Apa gue udah mirip istri yang sabar menanti suaminya? Bloody hell!

Kadang miris juga sama diri sendiri yang cuman diem di kamar sambil natap langit-langit. Keluar apartmen males, belanja gak mau, makan tapi perut masih kenyang, diem di kamar bete.

Rutinitas pengangguran gue gak berubah banyak, jam lima gue bangun bersihin diri terus masak, habis itu gue balik kamar ngelakuin apapun yang bisa manusia lakuin, jam 11 gue berangkat kantor Sena itu pun kalau dia mau makan bareng kalau engga yah gue nunggu lagi sampe malem kalau Sena lagi lagi gak mau makan bareng maka gue bakal makan sendiri habis itu tidur atau nonton beberapa list Netflix dulu.

Sena suka pulang malem, belakangan sih dia bilangnya dari kantor habis itu dia gak pernah keluar apartmen, wait our Sena gak jadi anak club lagi apa gimana nih?

Ya, gue juga baru beberapa Minggu sih ada disini tapi dengan kesepakatan yang kami buat, harusnya gue gak heran.

Kadang gue ngintip ke ruang kerja Sena, dia masih suka duduk di kursi dengan beberapa dokumen dan kaca mata. Celana katun juga kaos polos seringkali nemenin dia dengan sebotol sampanye. Habis itu, yang gue tau pagi datang dan Sena keluar dari ruang kerjanya, ya, dia bermalam disana maybe perusahaan lagi jadi prioritas.

Beberapa waktu gue sering gak nungguin Sena karena kadang dalam sehari dia gak bisa dihubungi dan gak mau makan bareng, akhirnya gue tidur duluan dan gak nemuin dia. Begitu gue bangun ada kalanya kita gak ketemu karena dia ngantor lebih pagi. Malam ini, kayaknya gue pun akan memilih tidur lebih dulu karena sejak pagi Sena sibuk.

Sekitar beberapa hari yang lalu gue udah nemuin detektif yang Sena sewa, itu pertemuan ketiga kami dan hasilnya masih nihil. Gue gak punya pilihan selain, gue gak akan pernah nyerah.

Kantuk semakin menggila, gue memilih terlelap.

lembut,

hangat,

nyaman.

Mata gue terbuka perlahan ngelawan kondisi setengah sadar, tunggu, Sena?

"Gue pikir Lo udah tidur." katanya, duduk disamping kasur.

"Alkohol,"

"Iyah, gue habis dari club."

"Kangen, eh?"

"Maybe,"

"Tangan Lo hangat,"

"Rambut Lo lembut,"

"Ada apa?"

"Hanya ingin memastikan malam ini Lo gak kabur,"

"Jadi?"

"Lo disini,"

"Ini kali ke berapa Lo masuk kamar diem-diem?"

"Setiap kali Lo tidur lebih dulu,"

"Pantes,"

"Tapi Lo gak pernah sadar,"

"Mungkin karena Lo gak pernah pegang rambut gue sebelumnya,"

"Ohh, ya Lo bener."

"Come Sena, gue gak keberatan berbagi selimut sama Lo."

"Tidur bareng?"

"Supaya Lo lebih tenang untuk ngeyakinin keberadaan gue, why not?"

"Apa Lo gak takut sama gue? Bukan kah kata lo gue maniak?"

"Hm, apa yang terjadi kalau kita kembali ngelakuin sex? Jawabannya adalah itu gak akan terjadi."

"Sungguh? Gak ada jaminan Sy,"

"Sena, apa setelah ngelakuin sex Lo ngedapatin kedamaian? Hati Lo tenang?"

"Sex itu kepuasan, bagaimana gue menikmati proses."

"Kalau gitu gimana kalau gue tawarkan rasa nyaman, sebagai pengganti rutinitas sex Lo?"

"Nyaman?"

"Ya, kita tidur bareng dan Lo bisa peluk gue setelah itu perasaan lo akan lebih tenang."

"Tapi gue gak pernah tidur sama siapapun hampir lima tahun."

"Lo bisa memulai kembali, mudah Sena tinggal berbaring lalu tarik selimut, peluk gue dan kita tidur."

"Sy apa Lo seberani ini sama semua cowok?"

"Sejauh ini baru Lo yang pertama, tapi mungkin besok akan gue coba sama yang lain."

"Jangan, Lo akan dicap murahan."

"Manusia melakukan dosa, jangan lupa kalau Tuhan hakim kita bukan mereka."

"Gue minta Lo peluk gue sangat erat, sampai keresahan gue hilang berganti damai."

"Dengan senang hati, tapi jangan lupa ganti baju karena bau alkohol Lo terlalu menyengat."

"Sure madame."

"I'll be waiting."

N o t e d

Buat gue karakter mereka unpredictable dan memang bukan manusia pada populasi umumnya, sampai sini gimana? Kalian masih penasaran gak sama jenaka? Haha

.
.
.

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang