Kemarin launching produk baru perusahaan, setelah sedikit drama dengan perusahaan iklan akhirnya pasar bisa menikmati salah satu karya terbaik gue.
Oiya, gue jadi keingetan.
Lebih dari 10 perusahaan ternama sengaja gue banned buat Za dan masih berlaku sampai sekarang, sebenernya kalau dia minta sama gue langsung untuk nyabut semua banned itu gue akan berbaik hati tapi sampai hari ini dia gak pernah ngebahas.
Gue gak punya kontak Za, semua kesempatan kami saat bertemu besar kejadiannya bukan dari rencana gue.
Sebentar, maybe sekretaris gue nyimpen kontak Za but gue juga gak tahu apa gue butuh atau engga?
"Aku masih belum puas belanja,"
"Lanjut kalau begitu, aku gak minta kamu berhenti kok."
"Hm, apa perlu aku beli Mall ini?"
"Jangan Rene, kamu memang mau muncul di berita pagi ini?"
"Enggak, Ayah pasti marah."
"That's Right."
"Hari ini Juno gak nanyain aku lagi dimana, kamu sengaja dikirim dia Sena?"
Langkah gue terhenti begitu Irene dengan cueknya mengajukan pertanyaan tepat ke poin.
"Jun gak suka sama calon tunangan kamu,"
"Kapan juga Jun suka sama cowok yang deket sama aku?"
"Kamu emang berencana nikah sama dia?"
"Kenapa memang? Dia kaya, tampan dan hidup aku bakal sejahtera sampai mati, itu udah cukup."
"Maksudnya shopping kamu terjamin seumur hidup?"
"Aku suka kata-kata terbuka kamu,"
"Lalu Jun?"
"Kami saudara kembar, apa kamu gak ngerasa akan aneh kalau kami menikah?"
"Itu biasa terjadi dalam keluarga kaya raya, apa kamu lupa bagaimana raja-raja Mesir menikahi saudarinya sendiri? Atau keluarga kaya lain dari Rusia? Bahkan berita mereka baru diketahui seabad kemudian Rene."
"Ya ok kalau itu memang gak menganggu, tapi bagaimana kalau anak ku cacat? Ingat pelajaran biologi dulu Sena? Kromosom saudara sedarah akan berlipat jika mereka menikah."
"Ya tapi itu gak akan terjadi,"
"Hanya sedikit kemungkinan,"
"Singkirkan mitos Rene, kalian akan memiliki anak normal."
"Well, kita lihat sejauh mana Jun akan berusaha kali ini. Aku bakal sangat menikmati."
"Jangan terlalu lama, karena disini aku senjata yang Jun gunain."
"Jadiin aku senjata juga kalau begitu, perlu aku buat Za datang sama kamu?"
"I am not sure."
"Walau lambat, aku tau kemana arah hati kamu berlayar Sena, ayolah kita ini sepupu."
"Jangan dia,"
"Kenapa? Masih merasa ragu?"
"Enggak juga,"
"Berhenti plin-plan dan putuskan sesuatu."
"Ya, aku bakal pikirin nanti."
"Secepatnya Sena."
"Aku gak bisa berjanji Rene,"
"Bisa... lihat disana,"
Mata gue mengarah tepat ke objek yang Irene tunjuk.
Hari ini, harusnya Irene belanja sama calon tunangannya, andai Jun gak minta gue segera susul Irene dan minta dia cancel.
Nasib gue pun berkahir nemenin salah satu manusia paling maniak tentang Shopping ini keliling Mall.
Sampai satu ketika, Za ada disana dalam satu atap dan lantai yang sama.
Dia kelihatan bingung milih baju.
Gak ada Juanpa atau siapa pun, hanya Za seorang diri dengan wajah angkuhnya, seperti biasa.
"Kenapa kita gak shopping bareng dia, Sen?"
"Selangkah kita mendekat, dia bakal pergi begitu sadar."
"Aku orang yang menyenangkan, dia gak akan nolak kita."
"Sayangnya bagi dia kamu pasti menggangu,"
"Kalau begitu kamu maju, datangi dia seorang diri. Gak ada yang salah dengan menyapa teman lama bukan?"
"Lalu kamu?"
"Tentu aja aku bakal kembali shopping, tenang janji ku dengan Bee seutuhnya batal hari ini. Sampaiin juga pada Jun, rencananya berhasil."
"Aku bakal khawatir sama kamu Rene,"
"I know, but ambil kesempatan ini, siapa tahu pertemuan kalian memang rancangan takdir."
Gue tersenyum, mengulas simpul paling manis yang pernah gue buat. Ini lah alasan gue selalu suka Irene dengan segala hal tentangnya, satu-satunya sepupu perempuan paling gila uang di keluarga gue.
n o t e d
Gue suka karakter Irene wkwk jujur apa adanya 👌🏾
s w i p e - u p
vote and comment yes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenaka
Fanfiction𝙨𝙩𝙖𝙩𝙪𝙨 : 𝙤𝙣 𝙜𝙤𝙞𝙣𝙜 Para pendosa. start; June, 08th 2019 fin; © cafami 2019