Kino 0.4 - XL

885 201 28
                                    

Nihil, gue gak nemuin Za.

Hampir dua puluh menit berlalu, dimana dia sebenarnya?

Lampu senter gue matikan, gue berdiri menatap lurus sejauh mata gue bisa melihat. Perlahan gue berjalan, sangat pelan sampai minim menimbulkan suara.

Semakin dekat dengan jarak yang ingin gue pastikan, netra gue menangkap sepasang netra manusia lain. Gue nyaris dibuat terkejut, saat Za berdiri tegap dibalik sebuah pohon.

"Nilkensen?"

Bisik dia begitu pelan.

Za kemudian narik tangan gue, kami berada begitu dekat lebih dari yang bisa dibayangkan. Bahkan, gue sanggup ngedenger jelas setiap hembusan nafas seorang Za.

Suara lain mendekat, persisnya langkah kaki.

"Tangkap dia, setelah itu kita lumpuhkan. Paham?" Kata Za, lagi-lagi berbisik dengan suara yang super pelan. Gue balas dengan satu kali anggukan.

"Satu,"

Nafas gue mulai memburu.

"Dua,"

Glek

"Tiga."

Keributan pun terjadi, seorang lelaki datang ngehampirin kami. Dia bawa sebilah pisau di tangan kanan. Wajahnya tertutup masker, gue sempet baku hantam sebelum akhirnya saling berdiri nyari keseimbangan.

"Tetep di belakang gue, Za."

Rupanya dia lawan yang tangguh. Kami kembali duel, tapi lagi-lagi dia belum bisa dilumpuhkan.

Bruk!

Astaga.

Za nyerang lelaki tadi, hanya dalam satu tendangan dia berhasil mengunci leher si penjahat.

Gue, speechless.

"Apa yang Lo lakuin? Cepet bantu gue."

"I, iya."

Set!

"Aaaaa!"

Belum sempet gue ngedeket, lelaki itu kabur. Dia berhasil lepas setelah ngelukain kaki Za dengan pisau.

"Za!"

Sialan.

Gue keluarin pistol.

Ddor!

Ddor!

Ddor!

Seengaknya dua dari peluru berhasil ngelubangin pundak lelaki itu, dia mulai gontai tapi gue... shit.

Blazer gue buka dan gue ikatin dialiran darah luka Za, dia meringis, sampai-sampai megang tangan gue sangat kenceng.

"Tunggu sebentar Za."

Lima menit kemudian, semua selesai.

Gue duduk dengan nafas panjang, pagi mulai datang. Kami sama-sama diem untuk beberapa saat.

"Apa yang lagi Lo lakuin disini? Kenapa Lo bisa nemuin gue?"

"Apa gue pernah bilang sama Lo? Lo itu selalu bersinar bahkan dalam gelap paling pekat sekali pun."

Za sedikit tersenyum. Tapi, gue langsung membisu seolah dia bungkam tanpa sengaja.

"Pantes banyak cewek yang mau sama Lo, trully player."

Glek

Gue ngalihin pandang.

"Lo salah, kejujuran dari ucapan gue yang bikin perempuan jatuh hati. Deskripsi dari setiap orang itu berbeda, apa yang gue bilang sama Lo gak akan sama dengan apa yang gue bilang untuk perempuan lain."

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang