Vien 0.9 - LXXXVI

631 138 7
                                    

Gue kesiangan, tepatnya kami.

Padahal semalam gue atau Sena sama sekali gak mabuk, kalau gue mungkin karena capek seharian keliling Milan tapi Sena gak tau deh kenapa.

"Lo gak kerja?" Begitu kami sadar dan natap jendela bersamaan.

"Kayaknya gue libur dulu,"

"Oiya owner bebas."

"Gue pengen sama Lo dulu,"

Sena meluk gue, dia nenggelamin wajah di bahu. Selama beberapa menit, kami cuman diem dan membiarkan waktu berlalu.

"Sena,"

"Hm?"

"Apa banyak perempuan jatuh ke pelukan Lo karena wajah Lo ini?"

"Salah satunya,"

"Ada lagi? Selain uang dan jabatan Lo?"

"Gue tau cara bikin nyaman,"

"Mm, but it's not working for me."

"Setuju, tapi mungkin ada waktunya Lo bisa nyaman sama gue. Apa sekarang Lo gak ngerasain apa-apa?"

"Um, i don't know."

"Disamping itu, gue mungkin mirip dengan barang yang fancy untuk dipamerkan. Kebanyakan perempuan berpikir gue adalah pencapaian dan penghargaan diri buat diri mereka,"

"Lo gak masalah?"

"Mereka manfaatin gue dan gue gak jauh berbeda, impas bukan?"

"Pertama kali gue milih Lo sama sekali bukan berdasarkan semua yang Lo deskripsiin."

"Oiya? Gue selama ini menebak-nebak."

"Ya, karena mungkin gue gak akan terikat sama Lo cuman itu alasannya."

"Apa Lo gak tertarik sama wajah gue?"

"Tertarik, tapi gak bikin gue bertahan. Gimana sama Lo?"

"Pendapat gue tentang Lo?"

"Iya,"

"Lo itu unik,"

"Unik gimana?"

"Pertama kali gue liat di club gue tau Lo bukan orang kayak gue, cukup aneh juga liat cewek macem Lo disana. But, wajah Lo acuh dan sikap Lo yang super angkuh justru jadi tantangan tersendiri buat diri gue."

"Jadi gue adalah tropi Lo?"

"Tadinya,"

"Tadinya?"

"Ada apa Sy? Lo bukan tipikal cewek yang penasaran dengan hal seperti itu,"

"Hanya penasaran,"

"Um, Sy..."

"Ya?"

"Apa Lo akan memaafkan penghianatan?"

"Hm?"

"Hanya bertanya."

"Tergantung,"

"Tergantung?"

"Gue bukan cewek baik, meski mungkin itu yang terlihat tapi gue juga bikin dosa. Kenapa gue harus menghakimi dosa orang lain?"

"Tapi, kalau Lo yang dikhianati gimana?"

"Entahlah, sepertinya gue harus ngalamin sendiri untuk tau."

"Gue harap enggak,"

"Gak usah peduliin gue Sena, jangan jadiin gue beban."

"Setelah kasus ini selesai, apa Lo akan pulang dan nikah?"

"Ya, seperti keinginan orang tua gue."

"Tapi ini hidup Lo,"

"Mereka berarti lebih dari apa pun."

"Gue gak ngerti Sy,"

"Gak semua hal harus Lo pahami,"

"Sy, gue suka sama tubuh Lo."

"Itu karena Lo cowok."

"Enggak, ini berbeda."

"Lo bilang mau sama gue hari ini?"

"Ya,"

"Gimana kalau kita lanjut tidur, gue rasa gue masih perlu istirahat."

"Sure madame, gue gak keberatan."

Sena kembali meluk gue.

Sejujurnya gue sama sekali gak ngantuk, gue hanya sedang mencoba menghindari rasa penasaran Sena.

n o t e d

Have a good day guys! 💞

.
.
.

s w i p e - u p
vote and comment yes!

JenakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang