Mentari pagi bersinar, ayam jago juga sudah berkokok. Tapi itu tidak mengganggu tidur gadis cantik yang malah semakin menelusupkan badannya ke selimut bergambar salah satu karakter BT21 yaitu MANG.
“Anjir dah ni bocah masih aja betah di kasur. Div... Oi.. Bangun, sekolah, goblok! Udah mau setengah tujuh noh,” seru Lia yang tengah berdiri di samping ranjang Diva sambil menyibakkan selimut yang menutupi Diva.
“Eh. Bangun cepet Div! Lo mau kena semprot sama semprotan burung yang biasanya dibawa tim kesiswaan? Ini hari Senin oi! Inget Apel Pagi pasti ini mah! Apalagi cuaca mendukung banget,” ucap Lia lagi mengingatkan sahabatnya yang susah bangun itu.
“Umh.” Geliat Diva meregangkan tubuhnya di atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
“Cepetan, bego! Apa kudu gue mandiin hah?!” jengkel Lia kepada Diva karena masih berjalan dengan tenang menuju kamar mandi.
Setelah mengomel seperti ibu yang memarahi anaknya, Lia turun ke bawah menuju dapur untuk membantu menyiapkan sarapan untuk sahabatnya. Lia juga mempunyai kembaran yang kini sedang menonton tv di ruang tamu.
“Kayak emak-emak aja lo. Bangun jam berapa lo tadi? Rajin bener,” selidik Diva pada Lia.
“Kalo aja mama gue pagi-pagi nggak teriak-teriak mungkin gue nggak akan ada disini sekarang.” Lia mengingat kejadian pagi tadi yamg membuat tidur cantiknya terganggu.
“Teriak-teriak? Emang ada apaan?” tanya Diva penasaran.
“Ada bunglon di dapur,” jawab Tama, kembaran Lia yang kini sudah berada di pintu dapur.
“Hahhh?! Jangan bilang lo beli hewan lagi, Li?” curiga Diva kepada Lia. Karena memang Lia itu pecinta hewan. Bahkan ia pernah membeli tarantula sebanyak 5 ekor dan hampir saja melukai salah satu pembantu di rumahnya.
“Hehehe Iya, soalnya gue bosan yang biasa,” jawab Lia.
“Tam, lo betah nggak sih punya kembaran kayak dia?” tanya Diva sedikit bercanda.
“Dibetah-betahin biar betah,” jawab Tama cuek.
“Dah lah. Cepet lo makan terus berangkat, udah hampir jam tujuh nih,” jawab Lia menengahi mereka berdua.
-oOo-
Sekolah dalam keadaan sudah ramai karena memang mengingat hari ini adalah Senin—hari yang paling dibenci beberapa orang—dan mereka harus mengikuti Apel pagi terlebih dahulu.
Diva, Lia, dan Tama memarkirkan motor mereka di tempat parkiran di sebelah sekolah, karena pasti akan sulit jika harus mendorong motor kedalam sekolah saat keadaan ramai.
Mereka sekarang kelas sepuluh, umur mereka memang masih 16 tahun. Tapi pihak sekolah selalu mengingatkan jika berkendara harus hati-hati dan tidak lupa untuk memakai helm. Oh ralat dengan Diva, umurnya masih 15 tahun. Dia termuda diantara para sahabatnya, dan terkadang itu menjadi bahan untuk menjahili Diva.
Diva itu seorang pembalap, ia sudah bisa mengendarai motor ketika kelas 6 SD. Ditambah lagi dengan perawakannya yang tinggi, itu membuat beberapa orang percaya jika dirinya sudah kelas sepuluh SMK.
Suasana lapangan ramai karena anak OSIS yang sedang mempersiapkan kegiatan Apel pagi. Beberapa menit lagi Apel akan segera dimulai, Diva, Lia juga Tama langsung menuju kelas untuk meletakkan tas mereka lalu kembali ke lapangan untuk menyusun barisan. Mereka tidak ingin menjadi tontonan di depan lapangan pada saat apel. Kelas sepuluh, junior yang selalu menjadi target ‘pendisiplinan’ baik dari OSIS maupun guru kesiswaan. Siswa siswi yang terlihat tidak tertib bisa langsung diseret ke depan lapangan. Itulah kira-kira yang mereka pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...