Chapter 10

8.5K 359 6
                                    

“Eh! Gue kepincut sama cewek,” ujar Dimas tiba tiba.

“Anjir geli gue sama kata-kata lo,” ucap Damar bergidik disambut gelak tawa sekelas.

“Eh tapi serius sumpah! Kadang gue senyum senyum sendiri kalo ketemu dia,” kata Dimas. Mencoret coret buku bagian belakangnya tersenyum malu.

Mereka masih tertawa geli melihat sikap Dimas yang terang terangan. “Emang dia kelas berapa?” tanya Aldi.

“Anu, masih kelas 10,” aku Dimas.

“Jurusan?” ujar Gilang sambil membenarkan posisi duduknya.

“Nggak tau. Tapi bukan anak management,” yakin Dimas.

“Masa kelas kita nggak ada yang kepincut ama anak management sih?” bingung Aldi.

“Eh iya yak,” ucap Damar menyadari keanehan di kelasnya. Aneh? Ya agak sih... Kan anak management itu lebih cantik, kulit terawat, mulus, praktik cuma nulis, atau wawancara kalau tidak ya menggunakan komputer.

“Haah. Pacar gue anak TKJ, pacar Ikbal anak TEI, pacar Andre anak TKR, pacar Farel anak Tata Boga. Yang lain jomblo,” ucap Bayu mengabsen pacar temannya.

“Introspeksi diri lah, muka lo kayak gimana. Hampir tiap minggu skin care lo pake oli,” sindir Alaska sambil menyerahkan lembarannya ketengah meja.

“Anjir!”

“Iyak iyak.”

“Jleb anying.”

“La iya yak.”

Jawaban teman-temannya, sambil mengelus wajah mereka masing masing sambil terkekeh geli.

“Hahaha ngakak anjir!” ujar Gilang memegang perutnya kembali tertawa. Tawa mereka belum mereda, mereka menyalin jawaban Alaska sambil tetap tertawa.

-oOo-

Diva dan sahabatnya sekarang ada di kantin.

“Nanti basket?” tanya Lia.

“Iya. Selasa kan lo nggak ikut, kalo mau join nanti sore aja,” usul Diva.

“Kalau gitu gue juga mau join lah,” ujar Imel.

“Bagus deh. Nggak kita doang jadinya,” ucap Aya yang baru datang dan duduk di samping Raka.

“Eh! Lo itu adek kelas disini. Jadi nggak usah belagu!” seru salah satu cewek di salah satu kedai kantin. Membuat ketiganya menjadi pusat perhatian. Termasuk Diva yang sedikit kepo.

“Maaf kak tapi aku antri dulu,” ucap lirih adek kelas itu sambil menunduk.

“Mau elo ataupun temen lo! Lo itu harus ngalah sama kakak kelas tau?!” gertak cewek berbibir merah.

“Iya kak,” jawab adek kelas itu menunduk entah karena malu atau takut kepada kakak kelasnya tersebut.

“Udah pergi sana! Husss!” usir cewek berjilbab sambil mendorong pelan cewek itu.

Diva bersama teman temannya menyaksikan kejadian itu dalam diam.  Lagi pula ia tidak ada masalah dan tidak ingin membuat masalah dengan mereka.

“Senioritas? Masih ada aja,” ujar Vero setelah melihat kejadian itu.

“Yaealah udah biasa itu mah,” jawab Septa, menyeruput es teh pocinya.

“Gue kira di SMK nggak ada yang kayak gitu.. Eh ternyata sama aja,” kata Vero.

“Hadehh dah lah gak sah dipikir,” sarka Diva malas dengan topik pembicaraan mereka.

Telinga Diva menangkap pembicaraan cewek dengan cowok, “Alaska nanti basket kan?”

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang