“Kita ke atas,” titah Yosi.
Mereka bersiap masuk ke mobil, sedangkan Alaska, Aya, Meisya, dan Yosi masih diam.
Hingga Yosi menginstruksi. “Kita tak memakai kendaraan untuk kesana,” ujarnya membuat mereka menghentikan aktivitas.
“Om, nggak telfon anggota? Setidaknya buat jaga-jaga,” ucap Meisya memberi saran.
“Sam, Wier dan Gio, kalian disini. Jaga dan beri kami info jika ada yang tidak beres. Aku akan menghubungi Frengki untuk menyuruh beberapa anggota kemari,” tutur Yosi. Mereka mengangguk mengerti.
“Meisya, siapkan Joy. Hubungkan dengan tablet Wier.”
Meisya mengeluarkan laptopnya dari tas lalu melepas antara keyboard dan monitor laptop dan kembali memasukkan keyboard tadi ke dalam tasnya.
“Tas lo taruh sini aja,” kata Aya.
“Di dalam ada P3K. Buat jaga-jaga aja,” sahut Meisya.
“Kita bergerak,” titah Yosi.
Yosi memimpin dengan Meisya di sampingnya. Aya memilih di belakang bersama Jack. Sedangkan Alaska dan William di tengah.
Aya mengambil permen karet di saku celananya. Membuka bungkusnya dan memakan permen karet berwarna pink itu. Tak lupa ia selipkan kembali sampah kecil itu di sakunya.
-oOo-
“Gadis yang cantik,” ujar pria yang kini berjongkok di hadapan Diva.
Keadaannya sangat buruk. Beberapa sudut wajahnya terluka. Rambutnya tergerai begitu saja. Dengan kaki dan tangan yang terikat kuat. Sedangkan mulutnya di tutup kain.
“Kau tau siapa aku?”
Diva hanya mengatur nafas sambil memandang orang itu dengan tatapan benci.
“Aku orang yang sangat membenci ayahmu,” ujarnya dengan geram sambil menekan kedua pipi Diva dengan kasar.
Alisnya bergerak ke atas. “Ow ... jangan-jangan kau tidak tau siapa ayahmu.” Pria itu tersenyum sinis.
“Sangat menyedihkan. Mereka menyembunyikan hal besar darimu. Sangat besar,” tuturnya serius.
“Kau hanya anak haram!” ucapnya tajam.
“Haram!” ulang pria itu kemudian tertawa jahat.
“Ya ya ya, sepertinya aku harus bercerita padamu.”
“Dengarkan aku. Banyak fakta yang akan ku ungkap saat ini. Kau siap?”
Dia terkekeh sebentar lalu melanjutkan ucapannya, “Dulu sekali... aku menyukai ibumu, aku selalu memanjakannya selalu menyayanginya. Namun... ibumu malah suka dengan ayahmu, si bajingan itu.”
Diva mengerut tajam mendengar kata itu.
“Ibumu mengejar ayahmu hingga ke Meksiko. Ia ikut menyusul ayahmu kesana. Ayahmu berkali-kali menolak ibumu, namun ibumu sangat keras kepala. Hingga ia berbuat nakal pada ayahmu. Berusaha membuatnya mabuk lalu bercinta. Namun usaha ibumu gagal. Aku yang bercinta dengannya. Malah ayahmu bercinta dengan ibumu yang sebenarnya.”
Diva tak mengerti apa yang diucapkan pria itu.
“Ya ... hingga ibumu, Rusna, dia hamil anakku tapi dia malah meminta pertanggungjawaban pada ayahmu. Ayahmu awalnya menolak, tapi salah satu cara untuk mengetahui jika itu anaknya yaitu menunggu hingga anak itu lahir. Disisi lain ibumu yang sebenarnya juga hamil dari ayahmu. Itu sungguhan. Tapi sayangnya... ibumu berdalih jika ia dihamili kekasihnya. Hingga anak itu lahir, bayi Rusna tidak selamat, sedangkan Ibumu melahirkanmu. Tapi ... ibumu tidak selamat. Sayang sekali. Rusna menukar bayinya dengan dirimu sebelum ayahmu melakukan tes DNA. Tentu saja hasilnya positif, karena itu adalah anak kandungnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...