Diva tiba di rumah. Pagar rumahnya masih tertutup, berarti ayahnya belum pulang.
Dengan cepat Diva membuka gembok pagar dan masuk ke dalam wilayah rumahnya.
Sampai di dalam rumah, keadaan masih gelap. Lampu belum dinyalakan membuat Diva menghidupkan ponselnya dan mengaktifkan senter lalu mencari saklar lampu.
« Ayah
Raya!
Ayah kayaknya nginep di rumah Om Duki. Hati-hati di rumah.
Sayurnya kalo mau makan diangetin dulu. Makan yang banyak.
Kalo mau tidur jangan lupa pintunya dikunci semua.
Pr nya dikerjain. Ngegame jangan sampe kemalaman.
Tadi bobby udah ayah kasih makan buaanyak.
Ada kejutan di kulkas.
Semoga suka.Oke. Segitu aja Rayanya Ayah.
Jaga diri baik²
Kalo ada maling tinju langsung. Eh nggak usah ada maling.Good night girl!
Siap ndan! 😎 √
**
“Rekor sumpah! Ayah ngetik segini banyaknya,” ucap Diva menggeleng gelengkan kepalanya.
“Gokil emang Ayah gue,” lanjutnya terkekeh geli.
Diva menutup mulutnya yang sedang menguap. “Woahhmm.”
Dirinya memilih naik ke atas untuk tidur.
Tik Tok Tik Tok
Suara jam dinding mengisi kamar Diva yang terasa sunyi.
Terdengar suara dari luar balkon Diva. Mencoba untuk masuk ke dalam kamar Diva.
Merasa terganggu, perlahan Diva mengerjapkan matanya. Pintu balkon terbuka, sedikit bergoyang karena angin malam yang kencang.
Diva berjalan dengan gontai untuk menutup pintu itu. Ketika berbalik, Diva dikejutkan dengan sesosok berjaket dengan kupluk yang menutupi kepala dan sedikit matanya. Tak begitu jelas wajahnya karena tak ada pencahayaan.
Diva mundur perlahan dengan tidak bersuara. Berusaha berkamuflase dengan malam yang gelap.
Tiba-tiba muncul sedikit cahaya dari api yang dihasilkan korek yang dinyalakan sosok itu.
Diva semakin meringkus mundur dan menurunkan tubuhnya ke lantai dengan perlahan. Posisinya sekarang adalah berjongkok di sudut pintu balkon. Diva memilih menutup matanya dengan telapak tangan sambil menunduk. Takut, gelisah, berjaga-jaga, waspada, semua
Sosok itu mendekat menuju Diva dengan bantuan api yang baru saja muncul dari sumbu lilin dengan bantuan korek.
Sosok itu berjongkok menyetarakan dirinya dengan Diva. Dia menyentuh pundak Diva membuat Diva terjengat kaget dan memandang sosok itu.
Dahi Diva mengerut, sosok itu berjongkok sambil membawa kue yang sudah diberi lilin yang sudah dinyalakan.
Dia membuka kupluk yang menutupi sedikit wajahnya. Dan...
“Alaska!” cicit Diva melihat siapa yang ada di hadapannya ini.
Alaska tersenyum manis yang jarang ditunjukkan pada orang lain.
“Happy Birthday,” ucapnya sambil terus tersenyum manis.
“Hah?” Diva cengoh.
“Masa lupa? Hari ini hari ulang tahun kamu, Sayang,” ujar Alaska mengelus rambut Diva yang masih setia cengoh.
“Ini tanggal berapa?”
“Delapan belas.”
“Masa?! Astaga kok gue lupa sama tanggal lahir gue?! Astaga!” pekik Diva menyadari jika dia melupakan hari spesial baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...