Jangan lupa voment nya
-oOo-
Diva berlari menuju kelasnya sambil memikirkan alasan apa yang akan ia tuturkan kepada guru killer itu.
Lia sedang tidak bersamanya, jika iya mungkin dirinya tidak perlu memutar otaknya keras untuk memikirkan alasan itu. Ponselnya juga kini sedang berbaring di singgasana guru.
Ketika jaraknya dengan kelas sudah dekat, ia menghentikan larinya dan mengatur nafasnya.
“Modal yakin deh... Sembarang mau ngeluarin alasan apaan. Kalo dihukum lagi ya tinggal jalanin.” Diva menggaruk perutnya.
“Kacian otak gue kalo disuruh mikir berat, udah tua ya?” ucap Diva mengelus elus kepalanya pelan. Matanya melirik ke atas seperti ingin melihat tanganya yang kini ada di kepalanya, bibirnya melengkung ke bawah membuat dagunya tertarik ke atas menimbulkan gerutan pada dagunya.
Diva mulai melangkah pelan memasuki kelas. Di depan pintu pandangannya tertuju pada meja guru. Kosong. Bersih. Tidak ada satupun buku. Kursi pun sama tidak ada tas guru itu. “Bukannya ini pelajaran 3 jam ya?” monolog Diva.
“Diva!” seru Septa sambil menganggat kemoceng dan menggerakkan ke kanan kiri.
Diva masuk ke kelas dan duduk di bangku paling belakang satu deretan dengan bangkunya, bangku Tama dan Septa.
“Bu Dwi kemana?” tanya Diva. Mendaratkan bokongnya di kursi Septa. Pemilik kursi itu kini tengah menjahili cewek cewek yang tengah duduk berdempetan. Tengah bergosip ria. Sesekali Septa menimbrung juga.
“Repot buat nyeleksi kelas 12 yang mau jadi duta SMK kita buat lomba LKS,” jawab Tama. Kini melanjutkan aktivitas tangannya memetik sinar gitar dengan santai.
Diva merespon dengan memajukan bibirnya membentuk 'O'.
Imel dan Lia tengah tengah melihat live streaming pertandingan Mobile Legend. Pantas saja tidak menggubris kedatangan Diva.
Tama mulai menata bunyi dari petikan yang ia petik asal tadi dan mulai bernyanyi.
I don't want a girl who gets a car her sweet sixteen
Or spends a stack of dollar bills on a limousine
I want a girl who takes the bus and who wears baggy jeans
Rockin' Nike Airs, what the hell are Louboutins?
Don't want no fake tan, short skirt, daddy's money don't work
Shop until you drop on the town
I want a smart girl, stronger than her father
Someone who will laugh and tryna fit in the crowd (ah-ow, ow)And all we used to dream about
Is getting rich and getting out
Move to the nicer part of town
Where we'd have numbers on our house
It took a while to figure out
What type of girl that I'm about
Who brings the real man out of me, yahI don't really want no trust fund baby
I like my women independent
And I say to people, "that's my lady"
And we don't need nothing e-e-e-lse
I don't want no trust fund baby
Save your money, don't spend it
And I say to people, "that's my lady"
And we don't need nothing e-e-e-lseDiva ikut bergumam menyanyikan lagu itu. Tama sepertinya sedang mengode type of gilr nya. Tama bernyanyi sedikit keras sehingga semua murid di kelas mendengar. Diva menahan untuk tidak tersenyum bahkan tertawa.
Lewat lirik itu Tama seperti berucap gue pengen cewek kayak gini, kalo lo nggak ada dalam kriteria ini ya berarti lo nggak bisa jadi cewek gue.
“Tam, kayaknya lo harus sabar deh kalo mau punya cewek kayak gitu,” ucap Diva menyandarkan punggungnya ke kursi sambil melihat tangan di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...