Chapter 59

3.7K 189 8
                                    

“Aduh sat! Siap-siap kena marah nih! Arghhh!” pekik Aya menggaruk rambutnya tak tergerai.

Dirinya, Meisya, dan juga lelaki bernama Bernad itu kini di parkiran club. Berkumpul di sekitar motor mereka.

“Lacak coba,” ujar Aya.

Meisya membuka ponselnya dan melacak keberadan HP Diva. Gadis yang semula duduk di motornya kini bergerak berdiri dengan pandangan sengit menatap layar ponselnya.

“Hotel?” kata Meisya.

Alis Aya menekuk tajam. “Ja-jangan main-main, Sa!” ujarnya.

“Lo kata gue bercanda disaat Diva ngilang?!” sewot Meisya.

“Jauh nggak?” sergah Aya.

Bernad mendekati Meisya. “Coba liat,” ujarnya.

“Gue tau ini. Gak jauh dari sini kurang lebih satu kilometer lah,” tutur Bernad.

“Yaudah ayo cabut,” sergah Aya menaiki motornya.

“Motor Diva gimana?” tanya Bernad.

“Biarin aja lah. Mau dicolong juga itu motor ditempeli GPS sama Disa,” acuh Aya.

Mereka mengendari motor mengikuti mobil Bernad.

Kurang dari sepuluh menit mereka sampai di hotel yang Bernad maksud. Meisya mengecek ponselnya. Persis, memang benar hotel ini dimana Diva berada.

“Terus?” tanya Aya.

Bernad mengatungkan tangan kanannya pada Meisya. “Siniin HP lo.”

Meisya memberikannya.

“Sandinya apa?” tanya Bernad.

“Nol empat kali, satu, nol empat kali, satu nol satu,” ujar Meisya.

Aya dan Bernad melongo dibuatnya. Bernad mengedipkan matanya beberapa kali.

“Hah? Apa?” tanyanya.

“000010000101.”

“HAH?!” teriak Bernad.

Aya terkekeh dengan Meisya.

“Sa, gue tau mainan lo setiap hari sama sistem program. Tapi untuk password HP ya enggak biner juga kali,” kekeh gadis bule  itu.

Meisya berdecak sambil memutar bola matanya kesal.

“Oke. Sa, pelan-pelan,” ujar Bernad.

“Nol tiga kali,” balas Meisya.

“000.”

“Nol satu nol.”

“Enol—satu—E-nol,” eja Bernad sambil menekan jejeran angka di lock screen ponsel Meisya.

“Nol tiga kali.”

“000.”

“Satu nol satu,” pungkas Meisya.

“Satu enol satu. Done!” Bernad menekan tombol Ok dan terbuka.

“Heran ... orang cerdas passwordnya susah ya?” gumamnya.

“Ya emang gue pinter,” timpal Meisya.

“Hilih iprit!” cibir Aya.

“Dah yok masuk. Makin lama makin gak baik buat Diva,” tutur Bernad.

Lelaki itu berjalan memimpin memasuki hotel.

Kedua gadis itu menjada jarak dengan Bernad. Hanya tidak ingin mengundang tatapan tak mengenakan.

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang