“Raya? Baru pulang? Kok nggak kedengaran suara motornya? Loh, ini siapa?” tanya Gio berturut turut.
Alaska tersenyum ramah. “Alaska, Om,” jawabnya sopan sambil tangannya yang mengulur ke depan.
“Ayah ih ada tamu bukannya diajak duduk dulu malah ditanyai dulu,” lirih Diva kepada Sang ayah.
“Duduk dulu, Nak.” ajak Gio setelah menyambut uluran tangan Alaska lalu mengajaknya duduk di ruang tamu, sedangkan Diva menuju dapur untuk membuatkan minum.
“Jadi bagaimana bisa Raya kok pulang sama Nak Alaska?” tanya Gio.
“Diva ngomong sama Om kalo dia mau terapi, kan?” tanya balik Alaska dibalas anggukan dari Gio.
“Dokternya bunda saya, Om. Bunda bilang obat yang biasanya diminum Diva efek sampingnya bisa sampe besok,” tukas Alaska, “jadi Diva pulangnya saya antar. Motornya ada di rumah saya.”
Diva datang membawa jus jeruk dan kopi. “Kok beda, Ya?” tanya Gio.
Diva meletakkan minuman di meja. “Kan ayah biasanya minum kopi,” jawab Diva.
“Alaska suka kopi nggak?” tanya Gio melihat Alaska.
Alaska tersenyum tipis. “Suka Om.”
“Tuh kan! Alaska suka kopi, kenapa kamu bikin jus?” ucap Gio.
Diva duduk di samping Gio dan mendelik, “Ayahh, Raya kan nggak tau.”
Gio menyentil lirih dahi Diva. “Makanya tanya dulu dong.”
“Maaf ya, Nak Alaska,” pungkas Gio.
Alaska tersenyum ramah dan mulai meminum jus jeruknya.
“Kamu kelas berapa?” tanya Gio sebelum menyeruput kopinya.
“Kelas duabelas, Om. Kakak kelasnya Diva,” tutur Alaska.
“Lho. Satu sekolah?” tanya Gio terkejut.
“Iya, Om,” balas Alaska.
Obrolan mereka berlanjut membahas tentang kegiatan sekolah. Alaska tampak luwes menjawab pertanyaan Gio, dia bahkan tidak sungkan bertanya hanya agar obrolan itu tetap berjalan.
“Oh iya Raya besok bareng Alaska bisa? Kan motornya di kamu,” ujar Gio.
“Iya, Om.”
“Loh, Yah. Kan bisa pake motor yang lain,” bela Diva.
“Kan ayah pakai. Lagi pula obatnya sampai besok lo efeknya. Nanti bahaya kalau kamu nyetir sendiri,” kata Gio menasihati.
“Iya, Yah.” Diva mengalah.
“Kalau begitu, saya pamit dulu, Om. Nanti dicariin bunda,” pamit Alaska sopan.
Gio dan Diva berdiri. “Oh iya iya. Makasih sudah mengantar Diva tadi dan ... untuk besok,” ucap Gio.
Alaska mengangguk dan tersenyum. “Diva, Alaskanya diantar sampe depan,” tutur Gio lirih.
Diva menurut. “Gue antar sampe depan, Kak.”
Alaska berjalan bersisihan dengan Diva menuju teras rumah.
“Nggak usah belajar nanti,” ucap Alaska.
Diva mengangguk namun tetap bertanya, “Kenapa?”
“Mabar sama gue. Main PUBG. Oke!?” ajak Alaska. Diva berseri dan spontan mengangguk sambil mengangkat jempolnya.
“Nanti tunggu gue undang,” pungkas Alaska lalu dibalas anggukan oleh Diva.
“Besok nggak ada PR, kan?” tanya Alaska.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...