“Selamat pagi Anak-anak,” sapa Pak Johan.
“Pagi!!,” sahut semua murid.
“Kita adakan Apel sebentar guna menyampaikan informasi tentang LKS yang akan berlangsung besok,” jelas Pak Johan.
“Bersamaan dengan itu, sudah diinfokan juga bahwa kelas duabelas akan melaksanakan try out mandiri dimulai hari selasa sampai kamis. Untuk kelas duabelas ... sudah menerima Informasi, kan?”
“Sudah,” jawab murid-murid di barisan kelas duabelas.
“Saya harap kalian semua bisa mengikutinya dengan lancar. Dan untuk nomor peserta, ketua kelas bisa mengambil di ruang informasi.”
“Sehubungan dengan kegiatan LKS. Maka kami mengambil tindakan yang pas untuk kalian,” ujar Pak Johan.
“Untuk kelas sepuluh ... masuk hari selasa dan kamis, hari rabu—” ucapan Pak Johan terpotong.
“LIBUR!” pekik gembira seluruh murid kelas sepuluh.
“Siapa bilang libur?!” cela Pak Johan.
“Hiyaaaaa!!” ejek murid kelas sebelas dan duabelas hampir bersamaan.
“Tidak libur, tapi ... belajar di rumah,” kata Pak Johan sontak membuat semua siswa terkekeh.
“Kelas sebelas masuk hari rabu, hari selasa dan kamis belajar di rumah. Sedangkan kelas duabelas tetap masuk untuk mengikuti try out.”
Informasi lain dan himbauan untuk para murid juga disampaikan guna mendukung kesuksesan kegiatan LKS.
-oOo-
Seluruh murid sudah berada di kelas masing-masing. Ada yang sudah KBM ada juga yang belum—masih menunggu guru yang belum datang.
“Div, Lambo ngajak mabar,” ujar Septa yang kini duduk di sebelah Diva sambil terus memandang ponselnya.
“Nggak lihat gue lagi main cacing?” sahut Diva terfokus pada layar ponselnya.
Septa menampilkan wajah jengah. “Healahh masih aja main gituan.”
“Ssstt! Berisik,” kata Diva.
Dengan cepat Septa merebut ponsel Diva membuat pemiliknya menjerit. “Asep lo apa-apaan sih!”
“Husss diem, gue juga mau main,” sahut Septa.
“Lemot banget ck!” gerutu Septa menggerakkan jempolnya.
“Namanya juga udah gede tuh cacing, ya makanya lemot! Kudet lo!” balas Diva malas.
Lia datang dengan Tama membawa kantong plastik berisi jajan dan juga minuman.
“Tumben beli sekarang,” ungkap Diva.
“Kalo nanti males gue,” balas Lia, “PR lo udah selesai?”
“Udah, buku lo di kolong meja,” kata Diva.
“Diva! Div tolongin gue Div!” pekik Lambo berlari ke arah Diva. “Temennya monyet ngejar gue, noh!” adunya.
“Apa lo bilang?!” raung Imel berkecak pinggang. “Eh lembu hitam! Kalo ngomong itu jangan melencong sama kenyataan. Gue cantik kaya gini lo ngatain gue kembaran monyet?! MATAMU minta dicolok?!”
Diva hanya mampu tertawa melihat Imel yang dengan songongnya berdebat dengan Lambo.
“Lo fasih banget ya kalo masalah misuh-misuh gituh,” gurau Raka, duduk di meja sebelah Diva.
“Bercermin dulu mas, monggo.” Dengan jutek Imel menyodorkan kamera ponselnya menghadap Raka.
“Gila ... gue ganteng banget dah!” puji Raka sambil bergaya merapikan rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...