Hola...
Jangan lupa vote n coment..-oOo-
Alaska menjalankan motornya di belakang motor Diva. Dia sengaja mengikuti Diva untuk mengetahui dimana rumah gadis itu.
Beberapa kali Diva melirik ke spion. Di lampu merah, Alaska menyandingkan motornya dengan Diva. Terlihat dari gerak geriknya, Diva sedikit risih dengannya.
Mereka sama sama memakai helm full face. Diva tidak tahu bahwa di sampingnya itu adalah Alaska.
Sampai di pertigaan, Diva menyalahkan lampu sen kanan. Mungkin rumahnya ke arah sana, artinya rumah Diva tidak begitu jauh dari rumahnya.
Alaska melawati rumahnya. Dirinya pergi ke rumah Gilang.
Di rumah berpagar ini Alaska melihat 1 motor yang asing baginya. Dirinya memasuki rumah sambil mengucapkan salam. “Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” jawab mereka. Alaska melihat sekeliling, tak ada yang asing baginya.
Lalu itu motor siapa. “Motor biru punya siapa?” tanya Alaska.
“Punya gue. Baru beli. Kece nggak?” jawab Gilang tersenyum lebar sambil menggerakkan alisnya.
“Lumayan. Ada paan?” Alaska duduk di kursi single.
“Apanya yang apaan?” bingung Tegar dengan pertanyaan ambigu Alaska.
“Ngapain nyuruh kita kesini?” tanya Alaska.
Gilang berdiri. “Gue cuma mau slametan kecil kecilan doang. Tumpengan gitu buat syukuran motor gue.”
“Ya ... gue juga cuma punya kalian doang. Lagi pula uang yang gue pake buat beli motor sisa. Jadi gue buat tumpengan aja deh,” ujar Gilang memandang keempat sahabatnya.
Damar ikut berdiri dan merangkul Gilang. “Lang, kita selalu ada kok buat lo. Tapi lo juga harus tetep inget sama orangtua lo. Ya walaupun mereka lebih banyak kerjanya timbang di rumahnya.”
“Kalo mereka nggak ada, lo nggak akan pernah kebentuk juga,” kata Damar menasihati Gilang.
Aldi mengambil pisau dan memberikannya ke Gilang. “Syukuran ini bukan cuma buat motor lo kan? Lo sengaja beli motor hari ini karena hari ini anniversary nyokap bokap lo.” ucapan Aldi membuat Gilang speechless.
“Oke sekarang potong tumpengnya. Jangan lupa berdoa dulu,” ucap Tegar.
“Kalo lo berusaha dan berdoa. Insyaallah semua terjadi,” sahut Alaska.
Gilang mulai memejamkan matanya dan berdoa. Dia mengucap amin dan memotong tumpeng.
“Yang pertama buat?” tanya Gilang sambil menyendokkan nasi kuning kepada sahabatnya.
Damar yang ada di sampingnya pun membuka mulutnya. Gilang yang mengerti mulai menyuapkannya ke Damar.
Sebelum masuk ke mulut. Damar mengambil sendok itu dan mengarahkannya ke Gilang. Dan menyuapi Gilang. Oh ralat, bukan menyuapi tapi menjejeli. Karena memaksa.
“Anjing lo,” ucap Gilang tidak jelas tetapi masih bisa dipahami. Mereka tertawa bersama dan mulai menghabiskan tumpeng tadi.
-oOo-
Alaska sampai di pelataran rumahnya. Dahinya mengkerut, memperhatikan motor yang ada disampingnya. motor siapa? tanya Alaska membatin.
Ia mulai memasuki rumah dan mencari Bundanya. Ia berjalan ke arah kamar yang biasanya digunakan bundanya ketika melakukan psikoterapi pada pasiennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...