“Kau! Sudah kukatakan padamu, jangan ikut campur!” geram pria bertubuh gagah menekan keras kedua pipi seorang wanita.
Rintihan sakit dapat terdengar akibat apitan yang dilakukan tangan kanan pria itu.
“Sekali lagi kau berbuat seperti ini, ku pastikan gadis itu tidak akan selamat ketika aku menemukannya!” desis pria itu. Melepas tangannya yang tadi mengapit pipi wanita itu dengan kasar membuat si wanita terhempas ke lantai.
“Ingat itu.” tunjuk pria itu lalu berbalik menuju pintu.
“Dia putriku! Kau tidak bisa berbuat seperti itu! Dia putriku!” teriak wanita itu sambil menangis.
Senyum miring tercetak di bibir pria kejam itu. “Putri?” perlahan pria itu berbalik. “Ah ya! Putri yang kau bawa lari dari ayah kandungnya,” lanjutnya.
“Kau yang membawanya pergi!” raung wanita itu. “Dia anakku, dia putriku,” lirih wanita itu menangis sesenggukan.
“Anakmu hanya Edsel,” ucap pria itu tajam. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam celana bahannya. “Hanya Edsel. Tak ada yang lain,” lanjut pria itu.
Kembali bergerak membuka pintu lalu mengunci pintu itu dari luar.
Dari sudut lain, remaja berusia 18 tahun mendengar semua yang dikatakan orangtuanya. Dirinya hanya bisa mematung, berusaha memahami apa yang ia dengar.
Mata hijaunya berkedip beberapa kali sebelum memilih untuk memejamkan erat. Perlahan ia pergi dari sana.
-oOo-
“Lambo bangsat!!” teriak Imel menggelegar.
“Pohh! Cocote! Jian!”
“Masaalah suarane!!”
“Suaramu njing!”
Seru beberapa siswa maupun siswi setelah mendengar teriakan Imel.
“KALO MAU NONTON BOKEP, KAGAK DI HP GUE JUGA GOBLOK! ANJENG BANGSAT LO!!” raung Imel sekuat tenaganya.
Imel pedulikan? Oh tentu tidak. Fokusnya saat ini ialah Lambo, remaja soplak yang membuat ponselnya disita guru BK selama satu minggu.
Semua berawal ketika Lambo meminjam ponsel Imel untuk mengirim video vlog tugas dari guru seni budaya. Lama Lambo meminjam ponsel Imel. Hingga tanpa ada angin tanpa ada mendung, guru BK menggelar razia dadakan membuat para siswa kelimpungan mengecek ponselnya.
Tiba-tiba ponsel Imel diambil oleh salah satu guru membuat Imel bertanya-tanya. Ya karena memang tak ada hal macam-macam di ponselnya.
Hingga Lambo mengatakan jika ia memindah beberapa video tak senonoh ke ponsel Imel karena flash disk miliknya sudah penuh. Lambo lupa menghapus semua history pembersihan dan juga history web yang tadi Lambo kunjungi.
Demi apapun. Ingin sekali Imel menangis. Ini bukan salahnya, tapi malah ponsel miliknya yang tertahan.
“AAAAA LAMBO BANGSAT!!” lempar Imel pada Lambo menggunakan sepatu Reebok miliknya.
Tak ingin terjadi keributan berkelanjutan, Diva menarik Imel keluar dari kelas. Menjauhkan Si Cerewet itu dari ketua kelasnya.
Raka mengambil sepatu Imel sambil tertawa geli tanpa bersuara. Wajahnya sangat terlihat jika ia sedang tertawa ngakak. Dengan berusaha menormalkan ekspresinya, Raka keluar kelas menenteng sepatu Imel.
“Raka kaya Pangeran yang lagi cari Cinderella aja,” ujar salah satu siswi.
Sontak Raka yang masih di depan kelas menoleh ke arah siswi itu. “Ah iya cocok juga tuh!” tandasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...