Pagi sekali Diva membangunkan Sang ayah karena akan pergi ke rumah saudaranya yang jauh. Keadaan dapur sedikit berantakan, karena Diva dan Gio—Ayah Diva—sedang membuat sarapan pagi juga untuk bekal sekolahnya.
Gio membuat tumis kangkung dan ayam balado agak banyak, karena ia tahu jika untuk bekal sekolah anaknya pasti tak jauh dari teman-temannya yang doyan makan.
“Raya lauknya udah jadi, tinggal dimasukin ke kotak makan kamu. Jangan lupa pakai yang agak besar biar muat banyak lauknya,” ucap Gio kepada anaknya yang sudah menggunakan seragam putih abu-abu.
“Iya, Yah. Ayah berangkat jam berapa?” tanya Diva.
“Setelah siap-siap ayah berangkat. Mungkin ayah pulang agak malam, kamu hati hati di rumah. Setelah pulang sekolah langsung ke rumah nggak usah ngluyur,” nasihat Gio.
“Iya, Yah,” patuh Diva.
“Ayah siap-siap dulu, kamu sarapan sendiri ya.. Ayah udah tadi,” Gio berucap lembut.
“Iya, Yah, nggak papa,” sahut Diva sembari tersenyum manis.
Diva berjalan ke meja makan lalu duduk di salah satu kursi dan mulai memakan sarapannya. Dia juga menyiapkan bekal sesuai instruksi dari ayahnya.
“Raya.. Ayah berangkat dulu ya,” Gio berucap sambil berjalan ke arah Diva.
“Iya, Yah.. Ayah hati hati ya. Sama Om Duki, kan?” tanya Diva.
“Iya. Ingat pesan ayah ya.” Gio sambil mengelus rambut panjang Diva.
Diva mencium punggung tangan sang ayah dan mulai melambaikan tangan tanda berpisah.
-oOo-
Diva berjalan di area sekolah sambil memegangi tali tasnya. Ruangan belajarnya menjadi roling, dan hari ini kelas Diva berada di lab samsung. Kelas unggulan dengan segala fasilitas lengkap, tv, AC, bahkan Wi-Fi. Belum ada pengumuman untuk mengikuti tes agar bisa masuk ke kelas unggulan.
Pelajaran pertama yaitu TKJ Desain grafis sampai jam pelajaran ke 4. Satu jam pelajaran berkisar 45 menit. Belum lagi setelah itu pelajaran produktif lainnya, disusul Fisika dan Bahasa Indonesia masing masing 2 jam pelajaran. Hari yang cukup melelahkan..
Bel istirahat berbunyi, karena di lab samsung tidak boleh makan di dalam, jadilah mereka sekarang duduk berjejer disepanjang koridor kelas untuk makan siang. Terletak di lantai atas jadi mereka tidak terlihat dari bawah maupun dari lapangan.
“Eh ... bau bau kangkung nih.” Raka berucap sambil mendengus seperti kucing mencari makanan.
“Gue bawa tumis kangkung sama ayam balado. Ayah yang buatin,” jujur Diva.
"Wihh ... kangen gue sama masakan Om Gio." Septa girang.
“Silakan dimakan!” ujar Diva bahagia.
“Ashiaaapp makanan gratis untung dah, uang jajan gue lagi dipotong sama emak,” jujur Raka dengan wajah gembira melihat makanan.
“Hahahaha ngapain lagi lo sampe dipotong uang jajan lo,” sahut Vero.
“Gara-gara nggak kasih makan jago nya bokap ama ngerusak koleksi mawar nyokap,” jawab Raka santai sambil mengambil kangkung juga ayam tadi ke kotak makan kosong yang sering ia bawa.
Kenapa ia bawa? Karena kali aja ada yang mau ngasih dengan ikhlas makanan kepadanya, tentu rezeki tidak boleh ditolak. Kadang Raka memutari seluruh deretan bangku di kelasnya hanya sekedar basa basi dengan yang menempati bangku itu dan pada akhirnya memberi beberapa lauk atau nasi kepadanya.
Teman sekelasnya merasa terganggu? Tidak sama sekali. Justru kadang Raka menjalankan aksinya bersama dua curut lainnya, Septa dan Vero.
Septa si cogan yang konyolnya sama dengan Raka dan Vero si tukang gombal. Tentu saja bagi para kaum hawa yang ada di kelas menjadi senang berlipat ganda. Dan hasil yang mereka dapatkan juga lebih banyak.
-oOo-
“Alhamdulillah kenyang, Tuhan.” Vero berucap.
“Dah yok masuk. Udah bel tadi,” ucap Lia.
“Hhmm,” singkat Tama.
"Eh gaesss sekarang waktunya bayar uang kas oiiii," teriak Lia selaku bendahara tak begitu kencang ketika berada di dalam kelas.
“Uang gue udah abis, Li.”
“Besok aja deh.”
“Hooh.”
“Pending dulu napa.”
“Enak aja main pending ... yang masih ada uang sisa sekarang bayar, yang lainnya bayar besok. Minggu ini gue masih kasih toleransi,” ancam Lia dengan tatapan sengit.
“Eh Kayaknya nanti gue ke rumah lo agak malem deh sekitar jam 7 an. Gue ada acara rohani di gereja entar sore,” ujar Vero.
“Oo ya nggakpapa lah. Santuy, kan besok nggak ada PR,” sahut Diva.
“Ada atau nggak ada lo juga tetep nggak ngerjain,” sindir Tama diikuti gelak tawa sahabatnya yang lain.
“Ver! Aya ikut nggak?” tanya Septa.
"Tau. Gue belum tanya,” jawab Vero mengangkat bahunya sambil memiringkan ponselnya dan mulai menekan nekan layarnya.
“Anjir si Vero! Main kagak ajak ajak,” pekik Diva ketika melirik sekilas ponsel Vero.
“Hehehe lupa. Lagian ini tadi kepencet,” jawab dengan bibir yang sedikit dimajukan seperti anak kecil merajuk.
“Tama juga noh,” ujar Raka dengan mata fokus ke layar ponsel.
“Elo juga sama njir!” sahut Septa.
“Dah yok main ae lah,” Diva berucap.
Assalamualaikum anak anak, terdengar suara yang membuat ke limanya mengumpat lalu berucap istigfar.
Anj batin Tama
Bangsad baru aja mau masuk batin Vero
Sungguh ku merasa jengkel batin Raka
Shit! batin Diva
Aku ma apa atuh. Baru aja mau ngidupin HP batin Septa
Acara mabar pun bubrah ketika guru datang.
.
.
.TBC...
-oOo-
[ revisi - 01 Juni 2022 ]
Dukungan kalian sangat berarti untukku
Terimakasih ^.^Salam sayang
marchya05
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...