Chapter 23

5.6K 262 7
                                    

Apel pagi di hari senin sudah menjadi tradisi di SMK Barsel.  Saat apel selesai biasanya dilanjut dengan beberapa berita atau pengumuman yang perlu disampaikan.

“Ya. Baik. Sikap duduk!” instruksi Pak Johan. Guru killer Bvocs. Berusia 46 tahun yang dijuluki sebagai Raja Rimbanya SMK Barsel.

“Siap!” seru semua siswa kompak dan tegas. Iya lah!

“Mulai!”

“Barsel! Kita! Jaya!” Semua murid kini duduk sila.

“Ya. Ada sedikit pengumuman tadi yang sudah di sampaikan Bu Tutik selaku WK. Bidang kurikulum. Saya harap kalian bisa mempersiapkan ujian tengah semester nanti dengan baik,” ucap Pak Johan.

“Sedikit pengumuman juga. Bahwa kemarin Jum'at teman-teman kalian kembali mengharumkan nama SMK Barsel dengan memenangkan lomba pencak silat yang diadakan di SMA Diponegoro,” ujar Pak Johan dibarengi tepuk tangan meriah dari murid-murid.

“Berkat kegigihannya mereka dapat membawa nama SMK Barsel menjadi lebih besar dan dikenal, juga berkat doa kalian semua. Mendoakan apa tidak?” Pak Johan menerima kertas yang baru saja diberikan oleh Ketua Osis.

“mendoakan,” jawab para murid.

“Tenan*?”
(*beneran?)

“Tenan!”

“Ra ngapusi?”
(Nggak bohong?)

“Mboten!”
(Tidak)

“Iya wis... Allah maha mengetahu—”

“iiiiii,”

“Lek ngapusi yo ben. Sing doso yo awakmu awakmu. Iyo po ra?! (Kalo bohong ya udah. Yang dosa juga kamu. Iya nggak?)” gurau Pak Johan.

“Inggiiiihh! (Iya!)” seru murid-murid diselingi tawa kecil karena mendengar perkataan Pak Johan.

“Iya baiklah. Saya akan membacakan siapa pelaku-pelaku yang berhak mendapatkan penghargaan dari kita semua.” Pak Johan kembali berucap serius.

“Juara pertama atau Juara umum lomba pencak silat se-Jawa Timur tingkat SMA/SMK . Raya Diva Frisia kelas 10 jurusan TKJ, mana wujudnya mana?” Pak Johan mengedarkan pandangannya ke arah barisan kelas 10.

“Berdiri nduk* Berdiri,” ujar Pak Johan. (Nak*)

Diva berdiri. Tersenyum tipis dibalik topi almamaternya.

“Beri applause untuk adek Raya. Iya? Dipanggilnya siapa nduk?”

“Sembarang, Pak.” Diva memperlihatkan senyumannya.

“Cewek... Kebiasaan... Kalau ditanya jawab sembarang. Gek sing lanange kon peka ngono. Iyo? (terus yang laki-laki disuruh peka gitu. Iya?)” ujar Pak Johan mendapat sorak sorai terkekeh dari para murid terlebih lagi laki-laki.

“Raya? Diva? Iya nduk?”

“Diva Pak,” serunya.

“Iya wis Diva,” final Pak Johan. “Ada yang mau jadi pacarnya Diva?”

“Saya pak!”

“Mau mau!”

“Saya Pak!”

“Pilih saya, Dek. Insyaallah bahagia!”

“Bahagia-bahagia dengkulmu!” ngegas Pak Johan membuat mereka tertawa. “Diva jangan mau sama mereka ya... Bibitnya bukan bibit unggul. Ceweknya cantik, manis, lah sing cowok tukang nggendak rakyo ra nggenah?! (lah yang cowok tukang selingkuh, kan nggak bener?!)”

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang