Chapter 65

4.3K 246 16
                                    

Play list
🍃Neffex – I'm Not Worth it🍃

Biasakan vote terlebih dahulu
Lapor jika ada typo
Happy Reading!

-oOo-

Murid-murid kelas X TKJ 1 berhamburan keluar kelas sebelum jam istirahat. Hari ini guru Bahasa Inggris memberi waktu istirahat panjang untuk murid-murid. Mereka baru saja praktik bercerita.

Tama bersender dikursinya dengan pandangan menuju bangku kosong di depan. Sudah tiga hari ini penghuninya tidak mengikuti pelajaran. Napas beratnya berhembus, hatinya gusar. Tidak ada kabar, izin, ataupun surat keterangan. Guru pengajar juga tidak menanyakan kemana dan dimana perginya tiga gadis berprestasi itu.

“Ngelamun mulu,” ucap Septa. Baru saja ke kantin untuk membeli minuman dingin.

Septa duduk di tempatnya yang tak lain sebelah Tama. Pandangannya mengikuti lelaki di sampinya itu. Memandang dua kursi kosong tanpa penghuni.

“Mereka kemana, ya?” gumam Septa.

“Surat gak ada, ngomong ke grup enggak, guru-guru juga nggak nanyain,” lanjutnya.

“Apa Diva baik-baik aja?” Septa menoleh pada Tama.

Lelaki yang dipandang hanya diam. Menggeleng pelan sebagai jawaban.

“Lo masih percaya sama rumor itu, Tam?” tanya Septa.

“Enggak,” jawab Tama cepat. “Dari awal gue gak percaya sama rumor itu,” sambungnya.

“Gak coba minta maaf, nih?” tanya Septa lagi.

“Kita diam aja loh pas Diva kena rumor itu. Gue gak enak, Bro,” lanjutnya.

“Sekarang yang jadi pertanyaan, Diva kemana. Itu tuh yang repot,” dumel Septa.

“Apa tanya Raka aja? Barangkali dia tau,” cetusnya.

Semenjak kejadian itu, Raka sedikit menjaga jarak dengan Septa, Tama dan lainnya. Jika ditanya dia menjawab, jika tidak maka dia diam. Tidak ada lagi Raka yang cerewet dan banyak tingkah.

Baru saja dibicarakan, lelaki yang Septa maksud berjalan menuju tempat duduknya bersama Vero. Menenteng keresek berisi gorengan dan minuman dingin.

“Rak,” panggil Septa.

“Oi,” sahut Raka.

“Lo tau Diva kemana?”

Raka menggeleng. “Kagak. Spam chat gue aja gak di liat,” jawabnya.

“Aya?”

“Sama aja. Gue bikin pesan siaran buat mereka. Boro-boro dibales, diliat aja belum. Sampe sekarang.”

Mereka—ketiga gadis itu—bolos bersama. Kompak tidak ada yang memberi surat izin ataupun keterangan wali. Banyak pikiran yang ada di kepala Tama.

“Eh serius?!”

“Beneran dioper?!”

“Iya. Diva ngundurin diri.”

“Diganti Bang Duta.”

Mereka menyimak omongan para cewek yang ada di depan kelas. Hari H lomba dua hari lagi dan Diva menghilang tanpa keterangan. Entah Diva sendiri yang mengundurkan diri atau diganti oleh pihak sekolah.

-oOo-

Stop it!” teriak Aya marah. Ia menatap ke bawah dengan wajah memerah.

Disa dan Meisya hanya mampu menggelengkan kepala. Sedari tadi gadis bule itu meraung tak jelas dan selalu berpindah tempat.

“Ayo pulang,” kata Aya melemas.

RAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang