“Diva beda ya nggak?” tutur Imel memandang teman-temannya yang duduk seperti sedang berkelompok.
“Haah. Aneh gitu, nggak kaya kemarin-kemarin,” sahut Septa.
“Kejadian di kantin sama di lapangan masih bikin gue speechless,” ujar Lia.
“Dia Diva bukan sih?!” bingung Imel berkata dengan jengkel.
“Tam, menurut lo gimana?” tanya Vero.
Alis Tama terangkat, bahunya mengendik tidak tahu.
“Apa ada masalah sama Bang Alaska ya?” tebak Raka.
“Kalo iya, pasti Alaska nggak kebingungan sama kejadian di kantin tadi. Tapi kalian lihat muka Alaska, kentara banget kalo dia juga bingung,” jelas Tama.
“Apalagi di lapangan. Nggak pernah Diva setenang itu kalo dimaki,” tutur Vero.
“Alaskanya juga tadi diem aja liat si Diva digampar!” murka Imel.
“Diamnya Alaska bukan berarti dia nggak ngebela Diva,” cetus Tama. “Mungkin setelah lihat reaksi Diva yang cuma biasa aja dan tenang setelah ditampar, Alaska yakin Diva bisa mengendalikan emosinya sendiri,” lanjutnya.
“Alaska itu udah dewasa, bisa mikir gimana kedepannya Diva. Lagian juga dia serius sama Diva,” tandas Tama. “Pembuktian tidak harus dengan membela. Sekalipun nggak ada yang percaya sama hubungan mereka, kalo mereka saling percaya kenapa harus dibuktikan?” cetusnya.
“Iya juga sih. Diva udah berani bangun hubungan lagi, dia percaya sama Alaska,” tukas Lia.
Septa menghela nafas. “Allah punya rencana yang indah buat Diva. Berdoa aja semuanya akan baik diwaktunya.”
-oOo-
“Bos! Cewek lo nggak pa pa, kan?” cetus Bayu ketika Alaska sudah duduk di kursi.
Alaska menggeleng. “Enggak.”
“Bener bener si Nabila tuh! Kelewatan banget!” geram Dimas.
“Haah, mentang-mentang senior! Gue tunggu pas Apel minggu depan sumpah! Pasti bakal dipanggil ke depan sama Pak Johan,” tandas Yufli.
“Tapi adek manis keren banget anjir! Gokil parah!” ujar Tegar sambil menggelengkan kepalanya.
“Bener tuh, kata-katanya... behhhh! Kena banget cuy!” timpal Damar.
“Pacar siapa dulu dong?!” ucap Dimas menggoda Alaska.
“EEEAAA!!” sorak mereka disertai tertawa lepas.
“Mungkin Diva udah belajar banyak kata-kata pedes dari Alaska, hahaha,” ungkap Yufli diakhiri tawa.
Damar berkata, “Eh bentar-bentar....”
“Ini Gilang mana?” tanyanya.
Mereka sontak melihat kesana kemari mencari keberadaan Gilang.
“Ke ruang guru katanya,” tandas Aldi.
“Ngapain?” tanya Bayu.
“Balikin flash disk,” sela Alaska.
“Flash disk apaan?” bingung Tegar.
“Yang waktu itu, flash disk yang dilihat sama Dimas di ruang kesiswaan,” jelas Alaska.
“Dia nyuri?”
“Kok bisa?”
“Serius?!”
“Nggak takut ketahuan?!”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYA [END]
Teen FictionTrauma masa lalu dan faktor lingkungan membuat Diva mengalami depresi diumurnya yang masih belia, hingga membuat jiwa lain hidup di dalamnya. Semakin beranjak, semakin banyak fakta yang baru diungkap. Semakin banyak masalah dan semakin banyak skand...